REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Panti Asuhan Shohibul Istiqomah, Muhammad Furqan heran dengan sikap pemerintah yang tetap menggusur yayasan sosial yang ia asuh. Ia mengatakan, jika harus ada penggusuran, seharusnya pemerintah menyediakan tempat pengganti yang layak.
"Tidak ada pergantian yang pantas terutama kami membina, membantu kehidupan yang layak bagi anak-anak, pendidikan bagi anak-anak," katanya kepada Republika.co.id, Kamis (1/9).
Furqan mengatakan, keberatan dan protes dia atas penggusuran kawasan RT 09 RW 04, Rawajati Barat, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, tidak pernah digubris pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Padah, Furqan dan warga juga sudah meminta perpanjangan waktu.
Ia awalnya berharap pemerintah memiliki kepedulian. Keberadaan bangunan di sana sebenarnya karena sebelumnya ada pembiaran oleh pemerintah. Karena itu, seharusnya pemerintah memberikan pengganti yang layak.
Saat ini, 35 orang anak penghuni Panti Asuhan Sohibul Istiqomah yang kehilangan tempat tinggalnya karena digusur dan harus pindah. Furqan mengatakan, anak-anak tersebut akan tinggal di Cililitan.
"Cukup layak, tapi ada bangunan tanpa atap. Maksudnya atap kerpos dan sering kebanjiran dan atap rubuh yang perlu diperbaiki," katanya.
Furqan mengatakan, tempat tinggal pengganti yang disediakan pemerintah tidak layak. Selain itu, jauh dari tempat anak-anak asuhnya bersekolah. Ia juga keberatan karena bangunan pengganti itu hanya digratiskan selama tiga bulan dan selebihnya harus bayar.
"Ya untuk pemerintah untuk rakyat semua kita sama-sama Indonesia. Kita sama sama lahir tumbuh dari Bumi Indonesia harusnya bisa saling peduli saja," katanya.
Penggusuran terhadap bangunan di sekitar rel kereta api Rawajati Barat pada Kamis pagi dilakukan dengan mengerahkan 500 personel gabungan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Kepolisian.