REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berjanji bakal memberikan sanksi tegas bagi operator Indonesia Soccer Champions (ISC) 2016, yaitu PT. Gelora Trisula Semesta (GTS). Sanksi itu menyusul terungkapnya skandal pemain dan pelatih 'ilegal' selama gelaran kompetisi sementara pengganti liga nasional resmi tersebut.
Menpora Imam Nahrawi menegaskan, dirinya sudah pernah mengingatkan PT. GTS agar gelaran ISC harus berjalan tanpa celah menabrak hukum di dalam negeri. Kata dia, terungkapnya skandal pemain ilegal selama gelaran tersebut, sudah mencederai tata kelola sepak bola yang dikampanyekan Kemenpora agar lebih baik.
"Sebagai operator harus bertanggung jawab. Berarti tidak profesional. Saya kira harus diberi sanksi," kata Imam, saat dijumpai usai Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi X DPR, Kamis (1/9). Imam belum mau membeberkan bentuk sanksi yang dia maksud, tapi kata dia, terungkapnya skandal tersebut, menjadi prioritas evaluasi penyelenggaraan ISC bikinan PT. GTS.
Evaluasi di Kemenpora menjadi perlu, karena ISC 2016 tak lain digelar karena adanya izin dari pemerintah. "Tapi saya belum dapat datanya, apa alasannya. Kalau sudah dapat semua baru (akan saya beri sanski)," sambung dia.
Lembaga masyarakat pemerhati sepak bola nasional, Save Our Soccer (SOS) mengungkapkan hasil penelitiannya tentang ISC. Kordinator SOS Akmal Marhali mengatakan, tercatat ada sebanyak 64 pemain dan 16 pelatih asing yang melanggar ketentuan tinggal di Indonesia. Para pemain dan pelatih tersebut termasuk sebagai pekerja asing, namun cuma bermodal visa on arrival atau visa turis selama gelaran ISC.
Padahal, jika mengacu Permenakertrans 12/2013, pekerja asing diharuskan memiliki Kartu Izin Tinggal Sementara (Kitas) yang bisa berlaku selama minimal satu tahun kontrak kerja. Sementara visa turis, cuma berlaku selama 30 hari. Sementara para pemain dan pelatih asing tersebut, sudah berada di Indonesia mengikuti ISC 2016 sejak 29 April lalu.