Kamis 01 Sep 2016 18:21 WIB

Mendikbud Ingin Jurnal Internasional Berbahasa Indonesia

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ilham
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ingin menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa wajib yang ada di jurnal internasional. Jurnal itu harus dibuat oleh warga negara Indonesia.

"Jurnal internasional kan selama ini pakai Inggris, Bahasa Indonesia kan masih jarang. Kemudian bahasa dipolomasi Asean," kata Staf Khusus Bidang Komunikasi Publik Kemendikbud, Nasrullah saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (1/9).

Selain itu, ia melanjutkan, keingingan tersebut tidak lepas dari harapan akan banyaknya orang asing yang berbahasa Indonesia. Salah satu upaya yang sudah dilakukan, Nasrullah menjelaskan, yakni melalui peserta dan alumni program beasiswa Darmasiswa.

"Mereka menjadi duta kita untuk mendesiminasi bahasa kita di luar negeri. Dan itu sudah cukup berhasil," kata dia.

Ia menegaskan, tujuan menjadikan jurnal internasional tetap menggunakan bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia dapat dikenal secara internasional. "Kalau perlu orang asing harus menyesuaikan dengan Bahasa Indonesia, supaya Indonesia terus dikenal," jelasnya.

Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy ingin mengubah presepsi ihwal jurnal internasional yang diterbitkan orang Indonesia. Yakni, jurnal yang berbahasa Indonesia terbit di Indonesia tetapi memilki reputasi internasional (direkomendasikan oleh lembaga-lembaga akreditasi jurnal internasional).

"Bukan kemudian kita mau jadi profesor harus menulis karya tulis yang berbahasa Inggris di jurnal internasional dengan menggunakan bahasa Inggris. Inilah yang harus kita dorong, mengubah pola pikir 'internasional'," kata Muhadjir dalam peresmian Gedung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (1/9).

Ia mencontohkan, jurnal ilmiah internasional di Spanyol, tetap menggunakan bahasa Spanyol. Begitu juga di Hongaria, jurnal ilmiah internasionalnya tetap menggunakan bahasa Hongaria.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement