Kamis 01 Sep 2016 22:57 WIB

Aris, dari Penyuluh HIV Kaum Gay Hingga Menjadi Muncikari

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Prostitusi anak korban gay. Ilustrasi
Foto: Reuters dan sumber lain
Prostitusi anak korban gay. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aris RCM alias AR (41 tahun) baru saja keluar dari lembaga pemasyarakatan (lapas) Bogor pada Maret 2016 lalu. Baru lima bulan merayakan kebebasannya, Aris kembali masuk ke lubang yang sama. Ia menjadi muncikari anak-anak.

Sebelum diketahui kedoknya, Aris sehari-hari berkutat di suatu lembaga swadaya masyarakat (LSM). Aris berperan sebagai penyuluh untuk anti-HIV dan AIDS.

"Menurut keterangan, dia (Aris) sebagai penyuluh untuk anti-HIV dan AIDS, khususnya ke LGBT kaum gay," ujar Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri, Komjen Ari Dono Sukmanto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (1/9) malam.

Di sanalah Aris mulai menemukan targetnya. Aris berkenalan dan mendekati anak-anak calon korbannya. Anak-anak yang menjadi korban ini sendiri memiliki latar belakang yang beragam. Ada yang karena masalah ekonomi, atau dari keluarga broken home.

Bermodalkan sebuah kos-kosan yang disewanya, kemudian dijadikan sebagai tempat berkumpul anak-anak di bawah umur itu. Aris mulai melancarkan bujuk rayu dan menawarkan untuk dipertemukan dengan orang yang siap berkencan.

"Di tempat kosnya itu jadi tempat kumpul anak-anak yang grupnya Reo Ceper Management (RCM). Itulah club yang ada di tempat kos mereka ini. Anak-anak itulah yang dipengaruhi, dikasih uang untuk melakukan melayani seks," beber Ari Dono.

Bisnisnya mulai lancar dan Aris resmi menjadi muncikari kembali. Aris pun memasang tarif 99 anak-anak itu dengan harga Rp 1,2 juta. Bahkan, untuk satu pelanggan diketahui dari negeri Jiran, Aris memasang harga Rp 10 juta.

Baca juga,  Prostitusi Gay Online Punya Komunitas Gay Brondong Puncak.

Sebanyak 99 korban itu memiliki peran masing-masing. Ada yang dapat berperan sebagai perempuan, tetap sebagai laki-laki, dan ada juga yang dapat memerankan keduanya. Sayangnya, meskipun tarif satu juta koma, untuk para korban ini hanya dibayar Rp 100 sampai Rp 150 ribu.

Kedoknya terbongkar sampai penyidik Bareskrim Polri mengetahui dan memancing aksinya. Memesan enam korban dengan melakukan pembayaran setengah dan melakukan pertemuan di Hotel Cipayung Asri, Bogor, pada Selasa (30/8) sore.

Dalam perjalanan penyidikan, Aris mengaku tidak kerja sendiri. Saat dia kehabisan stok untuk pelanggan, Aris menghubungi muncikari lain berisial U. Tidak hanya itu, belakangan polisi juga mengetahui tempat penyimpanan transaksi prostitusi Aris, yakni pada pria berinisial E.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement