Jumat 02 Sep 2016 18:00 WIB

Smokers Club: Jangan Sampai Soal Rokok Timbulkan Konflik Horizontal

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Achmad Syalaby
Kepala BPN Ferry Mursidan Baldan.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak
Kepala BPN Ferry Mursidan Baldan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertembakauan yang masuk dalam agenda Proyek Legislasi Nasional (Prolegnas) memicu pro dan kontra. 

Presiden Smokers Club Indonesia Ferry Mursyidan Baldan mengatakan, jangan sampai persoalan rokok menghadirkan potensi konflik horizontal. Ia menilai, ketidakadilan menyelimuti para perokok terkait besaran cukai yang didapat pemerintah dari setiap bungkus rokok.

"Harusnya sebagai perokok dalam akhiri perdebatan ini, berapa cukai yang harus dibayar perokok," katanya dalam diskusi bertema "Politik Tembakau: Defisit Anggaran vs Perang Kepentingan" di Kantor Para Syndicate, Jakarta Selatan, Jumat (2/9).

Selama ini, ia katakan, yang terdapat pada bungkus rokok hanyalah banderol harga tanpa menyertakan besaran cukai rokok yang diterima pemerintah. 

"Kita mau negeri ini fair dan transparan, berapa pendapatan yang didapat dari rokok. Angka harus diubah jangan banderol. (Perokok) menyumbang banyak, selalu disalahkan, tapi (pemerintah) enggak berani setop," lanjutnya.  Menurut mantan Menteri Agrario dan Tata Ruang ini, logika paling sederhana dan adil ialah pemerintah menjelaskan berapa cukai yang didapat dari setiap bungkus rokok, apakah berbeda antar merek rokok yang beredar. 

Isu kenaikan harga rokok, ia katakan, akan banyak membawa dampak negatif, salah satunya harga komoditas lain yang akan 'latah' ikut-ikutan naik, yang pada akhirnya memberatkan daya beli masyarakat. Selain itu, ia mengkhawatirkan kenaikan harga rokok akan memicu turunnya harga narkoba yang tentu berbahaya bagi generasi muda. "Saya bukan mau melawan tapi mau mengajak diskusi, regulasi bukan memberangus tapi mengayomi," ungkapnya. 

Bicara soal kesehatan sebagai dampak yang ditimbulkan akibat merokok, Ketua DPP Nasdem itu menilai tidak hanya rokok, melainkan juga makanan yang tidak sehat sebagai penyebabnya. Ferry memandang, jika pemerintah ingin rakyatnya sehat, seharusnya melakukan pengawasan ketat atas makanan yang beredar. Munculnya sejumlah penyakit 'aneh-aneh', ditengarainya karena banyaknya bahan pengawet pada makanan yang dikonsumsi masyarakat. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement