REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Grup asal Yogyakarta Endank Soekamti merilis film dokumenter mereka berjudul Ngintip Soekamti's 7th Album (2015) di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 28 di Taman Kuliner Condongcatur Sleman, pada Kamis (1/9). Film berisi rekaman proses pembuatan album ketujuh Endank Soekamti.
Sebelumnya, film yang menggambarkan proses rekaman album Soekamti Day selama dikarantina di sebuah pulau bernama Gili Sudak, NTB ini, pernah diputar pada Februari 2016 untuk kalangan terbatas. Namun pada Kamis malam masyarakat luas khususnya para pengunjung FKY 28 dapat turut menikmatinya dalam acara pemutaran film berkonsep sinema.
Meskipun secara umum film ini adalah rangkuman dari webseries di YouTube dengan judul serupa, namun ada hal-hal tambahan di film ini yang sebelumnya tidak terdapat di webseries tersebut. Di antaranya komentar dari mereka yang terlibat langsung dalam pembuatan film ini, serta beberapa kejadian yang tidak masuk ke webseries karena dokumentasinya diambil setelah selesai masa proses rekaman album itu.
Dari siaran pers diterima Republika.co.id, Endank Soekamti mengatakan pembuatan film sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas mereka sebagai sebuah band. Ini dimulai sejak pembuatan film dari webseries hasil dokumentasi proses pembuatan album ke–5 yang berjudul Angka 8.
Tak hanya itu, karya terbaru Endank Soekamti di bidang film lainnya adalah proyek Vlog Fest 2016 The Movie. Ini merupakan sebuah film yang sampai saat ini bisa dinggap sebagai film panjang berformat 360˚ pertama di dunia dan disebarkan secara gratis di situs www.vlogfest.com.
Alasan Endank Soekamti selain bermusik juga produktif membuat film, baik itu film panjang maupun film-film pendek yang dipublish di media sosial seperti YouTube, bukan karena band asli Yogyakarta ini sudah tidak fokus lagi di dunia musik. Hal tersebut dilakukan karena sebagai sebuah band, sejak dulu Endank Soekamti membutuhkan media untuk menyampaikan dan mempublikasikan karya-karya mereka ke masyarakat.
Sebab mereka beranggapan band-band seperti Endank Soekamti sangat jarang mendapatkan kesempatan untuk tampil di media massa, seperti misalnya di televisi. “Semua yang dilakukan ini sebenarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan Endank Soekamti sebagai sebuah band agar dapat terus bertahan, berkembang, dan berkarya lebih baik lagi,” ujar salah satu personel yang juga sutradara film ini, Erix Soekamti.