Jumat 02 Sep 2016 19:38 WIB

Hindari Nyamuk, Banyak Warga Singapura Pilih Tinggal di Rumah

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Singapura membeli lotion dan perlengkapan pengusir serangga menyusul wabah Zika yang terjadi, Jumat (2/9).
Foto: Edgar Su/Reuters
Warga Singapura membeli lotion dan perlengkapan pengusir serangga menyusul wabah Zika yang terjadi, Jumat (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Banyak warga Singapura yang memilih tinggal di dalam rumah untuk menghindari gigitan nyamuk yang membawa wabah virus zika. Hal itu sangat bertentangan dengan kebiasaan orang-orang Singapura yang senang berkegiatan di luar rumah di iklim tropis hangat.

Sebagai salah satu pusat keuangan dunia, Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia dengan penyebaran virus zika terbesar. Pemerintah Singapura melaporkan telah menemukan lebih dari 150 kasus zika sejak kasus pertama ditemukan seminggu lalu.

Virus diketahui menyebar dengan cepat, hingga warga Singapura melakukan sejumlah tindakan pencegahan. Penyemprotan insektisida dan membersihkan genangan air menjadi hal paling utama dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk.

"Pencegahan lebih baik dari pada pengobati. Itulah kenapa saya memakai baju tangan panjang," ujar Tomas Quong, seorang warga Filipina yang telah bekerja di Singapura selama 10 tahun.

Baca juga, Virus Zika Dipastikan Ada di Singapura.

Sejumlah penggemar permainan Pokemon Go juga lebih berhati-hati untuk main keluar rumah. Selama ini, taman dan area bermain menjadi lokasi favorit mereka mencari Pokemon.

"Saya baik-baik saja dengan luar ruangan, tapi menghindari taman yang lembab dan kotor," ujar Nelson Ho, pecinta game di Singapura.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement