Jumat 02 Sep 2016 23:29 WIB

Pengamat: 'Pemaksaan' Interkoneksi Kejar Untung Secara tidak Fair

 Pekerja memperbaiki menara pemancar telekomunikasi di Jakarta, Selasa (12/8).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memperbaiki menara pemancar telekomunikasi di Jakarta, Selasa (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB M Ridwan Effendi menilai keinginan Indosat, XL dan Three menerapkan biaya interkoneksi baru didorong ambisi meraup untung dua kali secara tidak fair.

Menurut Ridwan, Indosat dan XL memang mau mencari untung sebanyak-banyaknya dari polemik biaya interkoneksi ini, tanpa mau memikirkan masyarakat. Kengototan mereka ingin menerapkan tarif interkoneksi baru itu adalah agar mereka dapat untung dua kali.

Keuntungan pertama, biaya jaringan XL dan Indosat masing-masing Rp 65 dan Rp 86. Dari sini, dengan menerapkan biaya interkoneksi yang baru (Rp 204), XL untung Rp 139, sedangkan Indosat untung Rp 118 per menit percakapan. “Ini keuntungan pertama Indosat dan XL,” kata Ridwan dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (2/9).

Keuntungan kedua adalah, ketika ada pelanggan Indosat Ooredoo menelepon ke pelanggan Telkomsel, perusahaan milik Ooredoo Qatar ini hanya membayar biaya interkoneksi sebesar Rp 204, bukan lagi 250 per menit. Demikian juga dengan XL. “Jadi, Indosat dan XL di sini untung lagi Rp 46,” kata Ridwan.

Padahal, lanjut Ridwan, bagi masyarakat tidak ada keuntungan signifikan yang bisa mereka nikmati. Bahkan, operator telekomunikasi milik Axiata Malaysia dan Ooredoo Qatar itulah yang akan menikmati keuntungan.

“Bagaimana masyarakat bisa menikmati keuntungan, biaya interkoneksi hanya turun Rp 46, sedangkan tarif offnet yang dibebankan kepada masyarakat di kisaran Rp 2.000 per menit. Jadi, keuntungan itu akan jadi tambahan keuntungan perusahaan (Indosat dan XL),” kata Ridwan.

Bahkan, Ridwan yakin, operator telekomunikasi tidak akan menurunkan tarif yang dibebankan kepada pelanggan (tarif retail), karena tujuan perusahaan memang mencari keuntungan semata dari polemik penurunan biaya interkoneksi ini. “Feeling saya, operator tidak akan serta merta menurunkan tarif retail,” kata Ridwan.

Bahkan biaya jaringan Indosat dan XL sudah di bawah (Rp204) itu. Biaya jaringan Indosat di sekitar Rp 86 dan XL Rp 65. Itu menurut perhitungan mereka. “Jadi betul mereka akan untung dua kali, jika tarif interkoneksi diberlakukan simetris pada Rp 204. Sedangkan Telkomsel akan rugi dua kali.”  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement