REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pemerintah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus mendorong warga yang bekerja sebagai penambang pasir di lereng Gunung Merapi untuk menjadi peternak sapi perah.
"Upaya ini kami maksudkan agar di Cangkringan nanti bisa sebagai sentra penghasil susu, serta secara perlahan mereka yang masih menjadi penambang pasir dapat beralih profesi karena menambang pasir itu juga ada dampak buruknya, selain merusak jalur transportasi," kata Camat Cangkringan, Edi Harmana di Sleman, Jumat (3/9).
Menurut dia, mereka yang masih melakukan penambangan pasir di sungai-sungai berhulu Gunung Merapi selama ini ternyata perekonomiannya tidak sehat. "Sebelumnya hidup sederhana, namun sekarang mendadak mempunyai kehidupan yang mewah. Dulunya hidup biasa, tapi sekarang punya sepeda motor, mobil. Dulu yang ibaratnya satu bulan pemasukannya misal Rp1 juta, sekarang lebih dari Rp10 juta," katanya.
Ia mengatakan, dikhawatirkan ketika nantinya pasir sudah habis atau menipis, itu akan menimbulkan kegelisahan bagi mereka. "Pasir yang ditambang lama-lama akan habis. Nanti kalau sudah biasa seperti ini, ketika habis akan cari di mana mereka," katanya.
Edi mengatakan, selain itu, agar mereka yang belum mapan perekonomiannya bisa berkurang. Terutama warga yang tinggal di hunian tetap (huntap) relokasi pascaerupsi Merapi 2010. "Di huntap juga ada kendala, kalau ingin menambah ternaknya kesulitan kandangnya. Karena lahan yang terbatas. Untuk itu lah, selain memberikan dorongan juga diharapkan pemerintah daerah setempat bisa memberikan solusi. Membuat wilayahnya, sebagai sentra penghasil susu sapi," katanya.
Kepala Bidang Peternakan,? Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Sleman Suwandi Azis, mengatakan saat ini belum ada program bantuan perluasan kandang ternak di huntap korban Merapi.
"Kami sarankan warga di huntap agar mengajukan usulan bantuan ke Pemda Sleman. Ketika memang disetujui, kami baru bisa memproses," katanya.