Sabtu 03 Sep 2016 12:50 WIB

Ledakan Davao, Duterte Salahkan Abu Sayyaf

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ilham
Rodrigo Duterte
Foto: AP/Bullit Marquez
Rodrigo Duterte

REPUBLIKA.CO.ID, DAVAO -- Pemerintah Filipina menyalahkan kelompok bersenjata Abu Sayyaf berada di balik ledakan Kota Davao, Sabtu (3/9). Ledakan terjadi ketika Presiden Rodrigo Duterte pulang kampung ke sana.

Sebanyak 13 orang telah dikonfirmasi tewas. Pada reporter, Duterte mengatakan polisi dan militer akan diizinkan melakukan tindakan untuk menghentikan aksi teror seperti ini.

"Ini bukan yang pertama kali Davao berkorban, sebelumnya selalu berhubungan dengan Abu Sayyaf," kata Duterte dikutip Aljazirah. Menurutnya, kelompok tersebut sedang memberi peringatan dan pemerintah siap menghadapinya.

Menteri Dalam Negeri Mike Sueno sebelumnya mengatakan pada radio lokal DZRH, kantornya mendapat informasi awal soal serangan Abu Sayyaf. "Iya kami sudah menduganya, dua atau tiga hari lalu, ada inteligen yang melaporkan rencana serangan," kata Sueno.

Siaran radio lain juga mengatakan, Juru bicara Abu Sayyaf telah mengonfirmasi klaim tersebut. Ledakan bom terjadi pada Jumat malam di pasar malam Davao, 960 km dari Manila. Lokasi dekat dengan hotel Marco Polo yang populer bagi turis dan pengusaha.

Duterte berada di Davao saat insiden. Ia dalam keadaan aman dan berada di kantor polisi setelah insiden. Putranya, Paolo Duterte adalah wakil wali kota Davao. Keluarga ini sangat populer di sana. Duterte juga menjabat sebagai wali kota selama 22 tahun sebelum melenggang ke istana pada Mei.

Davao berada di Mindanao, pulau selatan yang identik dengan kelompok gerilyawan Muslim bersenjata. Wilayah itu juga asal kelompok Abu Sayyaf yang mengklaim ikatan dengan ISIS. Abu Sayyaf terkenal karena sering melakukan penculikan untuk meminta tebusan.

Meski rumah bagi kelompok-kelompok bersenjata, sebagian besar wilayah di sana aman. Duterte disebut berhasil mentransformasi Davao dari kota tak kenal hukum jadi penghubung komersil yang memiliki banyak pusat dan layanan bisnis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement