REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beban politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dipastikan semakin berat jika mantan Menteri ESDM Archandra Tahar diwacanakan menjadi menteri lagi karena akan ada banyak kepentingan yang melatari munculnya gerakan itu, kata Direktur Survey & Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara.
"Sangat sulit diterima akal sehat oleh publik jika?Archandra dilantik lagi sebagai menteri ESDM," kata Igor, di Jakarta, Ahad (4/9).
Menurut Igor, sekalipun Archandra punya kompetensi tinggi, yang dibutuhkan pemerintah layaknya orang profesional yang bisa memberikan solusi untuk bangsa tanpa merusak kredibilitas pemerintahan Jokowi.
Dosen politik Universitas Jayabaya itu juga menyarankan Presiden Jokowi agar melakukan kalkulasi politik secara cermat (cost-benefit consideration) agar tidak terjadi kegaduhan yang berisiko tinggi dan berakibat fatal bagi pemerintahan.
"Persoalan Archandra bukan hanya di tataran politisi, tapi ini juga menjadi sudah menjadi domain rakyat awam juga. Ini masalah nasionalisme, masih banyak anak bangsa lainnya di bidang yang sama dengan dedikasi jauh lebih baik dari Archandra," katanya.
Padahal pada saat Jokowi memberhentikan Archandra Tahar karena dwikewarganegaraan Amerika Serikat-Indonesia waktu itu, kewibawaan dan kredibilitas Jokowi sangat positif dan mencapai titik indeks yang terbaik selama ini.
Apa pun alasannya wacana mengangkat kembali Archandra, lanjut dia, adalah kesalahan kedua yang sangat fatal, karena sudah?terbukti Presiden Jokowi menerima bisikan atau tekanan dari orang sekelilingnya yang salah besar dalam memberikan rekomendasi.
"Kasihan pak Jokowi, wacana seperti ini berpotensi gaduh dan menjadi beban berat?bagi kewibawaan dan kredibilitas pemerintahan Jokowi," katanya.