REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengimpor daging kerbau dari India dipandang buruk. Meski harga daging tersebut murah dan dapat terjangkau banyak masyarakat.
Pengamat peternakan dari Universitas Padjajaran, Rochadi mengatakan, impor tersebut berpotensi mematikan peternakan rakyat di Indonesia. Sebab, India belum dinyatakan sebagai negara bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sementara Indonesia telah mengantongi label bebas PMK.
"Datangnya produk dari satu wilayah berpenyakit ke satu wilayah tidak berpenyakit itu dilarang, tapi di Indonesia dibolehkan," katanya kepada Republika, Ahad (4/9).
Dengan adanya produk asal negara belum bebas PMK tersebut menurut Rochadi dapat mematikan peternakan rakyat Indonesia yang mencapai lebih dari lima juta bakan mungkin 10 juta. Ternak-ternak mereka terancam penularan penyakit yang disebabkan virus tersebut. Seperti diketahui, PMK merupakan penyakit yang menimpa ternak besar dan cepat penularannya.
"Siapa yg mau melindungi peternakan rakyat kalo negara ini hanya ingin daging murah untuk konsumen yang 16 persen?," ujarnya mengkritisi kebijakan impor Kementerian Pertanian Indonesia.
Sementara itu, menanggapi perlakuan daging beku tanpa tulang, penurunan pH dan pelepasan kelenjar lymphe utama untuk membunuh virus PMK, Rochadi menegaskan virus tersebut masih bisa ada di bungkusnya yang terbawa ke Indonesia.
Selain mematikan peternakan rakyat, ia menilai, kebijakan ini akan membuat status Indonesia yang bebas PMK akan menjadi tidak bebas PMK.