REPUBLIKA.CO.ID, Di pagi hari, 5 September 1972, enam anggota kelompok teroris Arab yang dikenal dengan sebutan kelompok Black September, mengenakan pakaian atlet negara-negara Arab dan melompati pagar tempat berlangsungnya Olimpiade di Muenchen, Jerman. Mereka membawa tas penuh dengan senjata.
Meskipun para penjaga melihat, mereka sama sekali tidak mencuri perhatian. Sebab, para atlet Olimpiade memang sering melompati pagar untuk kembali ke asrama mereka selama berkompetisi.
Para teroris yang menyamar itu menyambangi asrama-asrama tempat 21 orang atlet dan pelatih Israel tinggal. Di sebuah asrama, seorang wasit gulat, Yosseff Gutfreund, mencoba melawan para teroris. Begitu pun dengan Tuvia Sokolovsky, seorang atlet yang berhasil memanjat jendela dan kabur.
Di asrama lain, seorang atlet, Moshe Weinberg, tertembak 12 kali oleh para teroris. Namun, ia masih bisa menyelamatkan nyawa salah satu rekan setimnya.
Black September berhasil menyandera sembilan atlet. Mereka melakukan penyanderaan karena meminta 234 rekannya sesama teroris Arab dibebaskan dari penjara.
Pada awalnya, permintaan mereka ditolak. Namun akhirnya disepakati oleh pihak berwenang, mereka akan bertemu teroris tersebut di Bandara Furstenfeldbruck.
Pemerintah Jerman kemudian merencanakan penyergapan di bandara itu. Sejumlah penembak jitu ditempatkan di sekitar landasan. Namun petugas bandara khawatir penyergapan tidak berjalan dengan baik, sebab, dua teroris lainnya bergabung dalam kelompok Black September.
Meski demikian, penyergapan tetap dilakukan. Tiga teroris menjadi target penembakan, namun berhasil bersembunyi. Satu orang teroris melemparkan granat ke sebuah helikopter tempat lima sandera masih diikat.
Dua puluh jam setelah pertempuran dengan Black September, seorang petugas kepolisian Jerman, lima teroris Palestina, dan 11 atlet Israel, tewas. Tiga dari teroris yang selamat dijebloskan ke dalam penjara dan dibebaskan sebulan kemudian, ketika teroris Arab lainnya membajak sebuah pesawat Lufthansa 727 dan menuntut pembebasan mereka.
Beberapa hari setelah peristiwa tragis di Olimpiade, Israel membalas dengan serangan udara terhadap Suriah dan Lebanon. Serangan itu menewaskan 66 orang dan melukai puluhan. Israel juga mengirimkan pasukan khusus untuk memburu Black September.