Senin 05 Sep 2016 13:37 WIB

Turki tidak akan Biarkan Kurdi Bentuk Negara di Suriah

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim berbicara kepada pers di bandara Ataturk di Istanbul, Turki, menyusul bom bunuh diri ganda, (29/6).
Foto: REUTERS / Murad Sezer
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim berbicara kepada pers di bandara Ataturk di Istanbul, Turki, menyusul bom bunuh diri ganda, (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki tidak akan membiarkan pembentukan negara buatan di Suriah utara, kata Perdana Menteri Binali Yildirim pada Ahad (4/9). Dia menunjuk pada gerakan Kurdi di wilayah perbatasan kedua negara tersebut.

Turki dengan bantuan sejumlah unsur perang di Suriah membentuk garis serangan baru di kawasan utara untuk menghentikan gerakan petempur Kurdi, YPG, sekaligus mengusir kelompok bersenjata ISIS. Negara tersebut memulai gerakan militer "Perisai Eufrat" di Suriah pada 24 Agustus untuk mengusir ISIS dari kota perbatasan Turki-Suriah, Jarablus. Sejak itu, sasaran berubah ke petempur YPG.

Ankara khawatir YPG menguasai kawasan utara Suriah, yang berbatasan langsung dengan wilayah selatan Turki. "Kami tidak akan membiarkan pembentukan negara artifisial di kawasan utara Suriah," kata Yildirims saat berpidato di kota Diyarbakir, kawasan tenggara Turki yang akan dibangun kembali usai hancur oleh konflik antara kubu pemerintah dengan kelompok Kurdi.

"Kami sudah menggelar operasi Perisai Eufrat untuk melindungi perbatasan, untuk memberi keamanan bagi warga, dan untuk mempertahankan integritas Suriah," kata dia.

Ankara sudah 30 tahun memerangi pemberontakan Kurdi, terutama dari Partai Buruh Kurdi (PKK), di kawasan tenggara. Mereka kini khawatir akan pergerakan YPG yang dapat memberi inspirasi bagi kelompok Kurdi di Turki. Ankara menilai YPG sebagai organisasi teroris dan kepanjangan tangan PKK.

Amerika Serikat dan negara Eropa juga memasukkan PKK dalam daftar hitam kelompok teroris. Namun di sisi lain, Washington justru menilai YPG sebagai kelompok terpisah dan bahkan bekerja sama dalam memerangi ISIS.

Sikap Washington itu menimbulkan friksi dengan Turki, sesama anggota NATO yang juga sekutu dalam perang melawan ISIS.

Sejumlah warga Kurdi mengkritik peran Ankara di Suriah. Pada Jumat, mereka menggelar demonstrasi di perbatasan Suriah di mana pemerintah Turki tengah membangun tembok pembatas.

Di Istanbul, kepala partai Kurdi-Turki, HDP mengecam pengiriman pasukan oleh pemerintah ke Suriah dan menyebutnya sebagai invasi. "Pemerintah, yang mengaku ingin menghentikan ISIS dengan menginvasi Jarablus, tidak punya kredibilitas. Invasi ke Jarablus adalah tindakan palsu untuk menutupi aksi terhadap kelompok Kurdi. Kami tidak akan pernah menerimanya," kata Selhattin Demirtas kepada wartawan.

Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Ahad menyuarakan kekhawatiran akan pembentukan koridor teror di sepanjang perbatasan Turki-Suriah. Erdogan berulangkali menegaskan masyarakat internasional seharusnya memperlakukan YPG sebagaimana mereka memperlakukan ISIS karena kedua kelompok tersebut sama-sama mengancam Turki.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement