Senin 05 Sep 2016 16:50 WIB

Agama dan Politik Kacaukan Jadwal Kereta di Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Menteri Transportasi Yisrael Katz.
Foto: REUTERS/Ronen Zvulun
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Menteri Transportasi Yisrael Katz.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Politik dan agama menjadi dua faktor yang menyebabkan berhentinya sebagian besar layanan kereta Israel pada Ahad (4/9), hari kerja pertama negara tersebut.

Tunduk pada tuntutan kelompok ultra-ortodoks dalam koalisi pemerintahan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menginstruksikan agar perbaikan jalur kereta dihentikan pada Sabtu, hari suci bagi kaum Yahudi di mana kerja menjadi aktivitas terlarang. Namun akibatnya, kebijakan tersebut membuat Netanyahu menjadi kambing hitam berhentinya layanan transportasi sehari kemudian.

Karena kebijakan penghentian perbaikan sebuah bagian rel di utara Tel Aviv sesaat sebelum hari sabath dimulai pada Jumat malam, hampir semua layanan kereta dihentikan pada Ahad agar proses perbaikan itu bisa diselesaikan. Hal tersebut membuat ribuan komuter, termasuk di antaranya para tentara yang akan kembali ke pangkalan setelah libur akhir pekan, harus berdesakan dalam bus-bus pengganti. Jalanan lebih macet dari pada biasanya.

Netanyahu kemudian menyalahkan menteri transportasinya yang sama-sama berasal dari Partai Likud. Sejumlah pengamat mengatakan kekacauan transportasi tersebut bisa dihindari karena hanya merupakan hasil dari politik dagang sapi.

"Kelompok Haredim (ultra-ortodoks) selalu diutamakan oleh Netanyahu di atas semua hal," tulis kolumnis Ben Caspit di surat kabar Maariv, merujuk pada kepentingan sang perdana menteri untuk mempertahankan dukungan dari berbagai faksi dalam pemerintahannya.

Koalisi Netanyahu menguasai 66 kursi parlemen dari total 120. Sebanyak 13 di antaranya merupakan tokoh yang berasal dari dua partai ultra-ortodoks. Selama beberapa dekade, perimbangan ringkih antara kehidupan modern dengan ketaatan relijius selalu dipertahankan oleh mayoritas sekuler di Israel dan minoritas religius Yahudi.

Dalam konstelasi politik tersebut, hampir tidak ada bus atau kereta yang beroperasi di Israel pada Sabtu. Namun demikian, pekerjaan perawatan terhadap infratruktur transportasi tetap diizinkan secara rutin. Namun dalam beberapa pekan terakhir, para pemimpin kelompok ultra-ortodoks harus menerima tekanan dari publik dan dari surat kabar religius mengenai pekerjaan perbaikan rel kereta pada Sabtu.

Menteri Transportasi Yisrael Katz sebelumnya bersikeras perbaikan itu harus dilanjutkan. Namun Netanyahu kemudian mengintervensi dan membatasi skala pekerjaan itu pada dua pekan lalu dan kemudian menghentikan sepenuhnya pada Sabtu.

Pernyataan tertulis dari Kantor Perdana Menteri menuding Katz, yang merupakan pesaing Netanyahu di Likud, sebagai pihak yang memulai pertengkaran dengan komunitas relijius untuk menghancurkan citra Netanyahu di mata publik.

Katz tidak menanggapi tudingan itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement