REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban prostitusi gay terus bertambah, bahkan terdeteksi berada di tiga kota besar. Namun, siapa-siapa yang menjadi pelanggan mereka selama ini, sampai hari ini penyidik masih belum mengungkapkannya.
"Nanti, kita dalami dulu," ujar Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Agung Setya, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (6/9).
Menurut Agung, mereka bukan mau menutupi identitas para pelanggan, namun mengungkap kasus itu tidak mudah. Alasannya, karena dalam hal penegakan hukum harus ada alat bukti, sehingga tidak terkesan menuduh sembarangan.
"Kita kan dalam konteks penegakan hukum, kita enggak bisa kemudian menuduh orang tanpa dasar hukum. Kalau kita bicara hukum, kita bicara bukti. Tersangkanya gimana, bisa tidak dikonstruksikan. Itu hal yang harus kita siapkan," katanya.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Niam mengatakan, siapa saja pelaku yang memanfaatkan anak-anak ini, bisa ditelusuri melalui transaksi yang telah dilakukan. Apalagi, bukti rekening transaksi dari pelanggan saat ini telah dipegang oleh tersangka berinisial E, ini semakin memudahkan penyidikan.
Namun, menurut Agung, di hadapan hukum tidak semudah itu. "Kan hukum tidak semudah itu. Perbuatan itu harus bisa dikonstruksikan. Poinnya adalah, biarkanlah itu menjadi urusan penyidik," ujar dia.
Kasus ini muncul setelah tim Cyber Crime mendeteksi akun "Berondong Bogor" di media sosial Facebook. Setelah melakukan penelusuran, penyidik mengamankan tersangka Ario Raharjo (41 tahun) alias Aris RCM alias AR di salah satu hotel di Cipayung, Bogor.
Polisi juga telah menahan muncikari U (31) yang membantu AR saat kehabisan stok anak-anak. Selanjutnya, penyidik mengamankan pelanggan berinisial E (30) yang kemudian terbongkar juga telah membantu AR membuatkan rekening transaksi bisnis prostitusi.
Anak lelaki yang dijajakan bisnis prostitusi ini berjumlah 148 orang yang tersebar di tiga kota besar, yakni Bogor, Jakarta, dan Bandung. Salah seorang pelanggan asal Malaysia disebut pernah memesan dengan tarif Rp 10 juta.