REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sepanjang 2016 ini, kurang lebih 25 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan meninggal dunia di negeri Jiran, Malaysia. "Walaupun terdaftar meninggal dunia, tetapi tidak semuanya dipulangkan ke Indonesia, khususnya ke NTT untuk dimakamkan," kata Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindunga Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) NTT, Tato Tirang di Kupang, Selasa (6/9).
Hal ini disampaikannya menanggapi kembali meninggalnya beberapa TKI yang bekerja di Malaysia. Sejumlah TKI yang meninggal dunia itu kemudian saat didata memiliki data-data yang tidak valid.
Ia menjelaskan, tidak dimakamkannya sejumlah TKI Ilegal tersebut karena pihak BP3TKI sendiri kesulitan dalam hal mendata keaslian dari data yang dimiliki oleh TKI yang meninggal. "Jadi kebanyakan mereka dimakamkan di Malaysia atau di Riau daerah terdekat dengan Malaysia karena kami kesulitan dalam mendata," tuturnya.
Terkait motif dari meninggalnya sejumlah TKI tersebut, Tato mengatakan setiap ada TKI Ilegal yang meninggal laporan yang mereka terima hanya seputar bunuh diri dan meninggal akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Sementara laporan soal kekerasan oleh majikan tidak pernah diterima.
Lebih lanjut Tato mengatakan, seharusnya masalah TKI ilegal itu bukan menjadi tanggungjawab dari BP3TKI. Namun dikarenakan masalah prikemanusiaan maka pihaknya berusaha untuk menolong.
Oleh karena itu ia mengharapkan agar jika ada warga NTT ingin menjadi TKI di luar negeri maka diminta untuk mengikuti prosedur yang ada. Sehingga jikalau terjadi sesuatu saat bekerja di luar negeri, pemerintah Indonesia bisa lebih mudah mendapatkan informasi soal TKI yang mengalami masalah.
"Disamping itu juga dilatih lagi untuk bisa menjadi TKI yang lebih profesional. Sebab sejauh ini yang kebanyakan meninggal adalah mereka yang tidak memiliki keterampilan," ujarnya.
Ia juga meminta agar, keluarga yang ingin mengirim anaknya untuk bekerja di luar negeri jangan mudah percaya dengan para perekrut yang merekrut. Karena kebanyakan selama ini dikaitkan-kaitkan dengan masalah perdagangan manusia yang sering terjadi.