REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Presiden RI Joko Widodo mengatakan, pendalaman kerja sama ekonomi di antara anggota ASEAN harus menjadi fokus perhatian bersama. Menururnya, Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN selama dua tahun berturut-turut, tumbuh secara positif, yaitu 4,7 persen.
"Pertumbuhan ini di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global, Uni Eropa, dan Amerika Serikat,” kata Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-28 dan ke-29, kemarin di Vientiane, Laos dalam siaran yang diterima HYPERLINK "http://Repubkika.co.id"Repubkika.co.id.
Jokowi menilai, ASEAN harus memastikan kerja sama ekonomi di kawasan ini dapat dinikmati masyarakat secara merata. Khususnya dengan memprioritaskan kemajuan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui pemanfaatan teknologi dan inovasi serta perluasan akses keuangan dan pasar. Lebih dari itu, ASEAN harus menjadi organisasi yang memiliki kepedulian terhadap masyarakatnya.
Senada, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk mengawal pelaksanaan berbagai rencana kerja MEA, Indonesia harus memperhatikan hal-hal yang menjadi prioritas. Dia menyebutkan, kalangan bisnis maupun pemerintahan ASEAN berharap Indonesia dapat memainkan kembali peran kepemimpinannya untuk mendorong kerja sama ekonomi ASEAN secara lebih dalam lagi berdasarkan prinsip inklusif.
"Namun kita juga tekankan bahwa masa depan ekonomi ASEAN ditentukan oleh kesepuluh anggota ASEAN, bukan hanya oleh Indonesia,” ujar Enggar.
Pertumbuhan ekonomi ASEAN telah menjadi kisah sukses tersendiri sebagai bukti dari efektivitas integrasi ekonomi kawasan yang terus berproses sejak tahun 1970-an. Lebih-lebih setelah ASEAN berkomitmen melaksanakan Cetak-Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang kini dilanjutkan dengan Cetak-biru MEA 2025 yang diimplementasikan tahun ini.
Cetak-biru MEA 2025 memuat langkah-langkah staregis untuk mengintegrasikan ekonomi ASEAN dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan, dimulai tahun 2016 dan berakhir pada 2025.