Rabu 07 Sep 2016 14:04 WIB

Transmigrasi Harus Mampu Menjadi Alat Terapi Sosial

Red: Muhammad Subarkah
Seorang transmigran sedang bercocok tanam di tanah yang tandus. (ilustrasi)
Foto: www.matanews.com
Seorang transmigran sedang bercocok tanam di tanah yang tandus. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Program Transmigrasi tak hanya sekedar upaya mengentas kemiskinan. Program Transmigrasi juga dipercaya mampu menjadi alat efektif untuk terapi korban konflik sosial.

“Program Transmigrasi bisa menjadi alat efektif untuk merajut kembali kehidupan sosial yang tercabik akibat berbagai konflik sosial di tanah air,” ujar aktivis Pokja Masyarakat Sipil Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) Ahmad Wari, di Jakarta, Rabu (7/9), dalam release yang dikirimkan kepada Republika.co.id.

Warih menjelaskan konflik sosial di tanah air tak jarang memaksa warga terusir dari daerah asalnya. Mereka harus rela meninggalkan tanah kelahiran mereka untuk menghindari risiko lebih besar. Kepergian dengan rasa terpaksa ini tak jarang meninggalkan trauma mendalam. “Dengan program transmigrasi yang dilakukan secara bersama dengan kerabat terdekat mereka, trauma sosial itu perlahan-lahan bisa dilupakan dengan aktivitas sosial mereka di wilayah baru,” jelasnya.

Pelaku transmigrasi ini mencontohkan program relokasi SP1 Dusun Madani Desa Mekar Sari Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Program ini berhasil membuat korban kerusuhan Sambas menemukan kembali jalinan kehidupan sosial yang tercabik akibat konflik berdarah antarsuku.