REPUBLIKA.CO.ID, LIBREVILLE -- Presiden Gabon Ali Bongo mendapat pengawasan internasional pascaterpilih kembali sebagai pemimpin negara itu. Uni Eropa sebelumnya mempertanyakan keabsahan pemilhan yang terindikasi penuh kecurangan tersebut.
Prancis merekomendasikan adanya penghitungan ulang yang transparan. Uni Afrika juga mengatakan akan mengirim mediator untuk membuat situasi lebih terkendali.
Pemimpin oposisi Jean Ping juga mengatakan pemilihan tersebut telah dimanipulasi agar Bongo terpilih kembali sebagai Presiden Gabon. Ia meminta bantuan internasional untuk melindungi masyarakat Gabon.
"Semua orang tahu hasil dari pemilihan itu dan tahu Bongo akan melakukan segala sesuatu untuk tidak menerimanya," ujar Ping, Rabu (7/9).
Ping menjelaskan jumlah suara di salah satu provinsi Gabon, Haut Ogooue dimanipulasi untuk memberikan kemenangan kepada Bongo. Ia ingin penghitungan ulang dilakukan di bawah pengawasan internasional, sebelum melakukan banding karena tidak percaya pada pengadilan konstitusional negara itu yang disebut dikuasai Bongo.
Presiden terpilih itu sebelumnya menjabat pada 2009. Ia menggantikan ayahnya yang telah memerintah Gabon selama 42 tahun. Dengan kemenangan pemilihan ini, kekuasaan dapat dilanjutkan oleh Bongo selama tujuh tahun ke depan
Pemantau pemilu yang melakukan survei melihat Bongo memenangkan 95,46 persen suara. Dengan demikian, disimpulkan mencapai 99,9 persen pemilih memberikan suara untuknya.
Dalam laporan pengawas Uni Eropa, jumlah nonpemilih jauh berbeda dengan tingkat partisipasi yang tercatat. Jumlah keseluruhan pemilih di daerah lain adalah 48 persen.
"Namun, integritas sementara untuk provinsi ini masih harus dipertanyakan," ujar pengamat jajak pendapat Uni Eropa Mariya Gabriel.