REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Meningkatnya keterlibatan penjaga pantai Cina di berbagai konflik di Laut Cina Selatan berisiko membuat kawasan sengketa itu menjadi kian tidak stabil.
Ahli Keamanan Regional dari Washington's Center for Strategic and International Studies (CSIS) Bonnie Glaser mengatakan, seringnya penjaga pantai Cina terlibat dalam berbagai insiden dan konflik tak boleh diremehkan. Apalagi dibiarkan.
"CSIS menemukan terdapat 45 insiden atau konflik di Laut Cina Selatan. Sebanyak 30 konflik melibatkan penjaga pantai Cina, ini menunjukkan kalau penjaga pantai Cina mendominasi dalam berbagai konflik yang terjadi," katanya, Rabu, (7/9).
Apalagi bukti-bukti di lapangan, terang Glaser, menunjukkan kalau penjaga pantai Cina sikapnya bertentangan dengan hukum yang berlaku. Bahkan ia mendapat laporan kalau penjaga pantai Cina sering melakukan penghinaan, bullying, mempermalukan penjaga pantai negara-negara lain yang kapal-kapalnya lebih kecil.
Penelitian CSIS ini memasukkan kasus antara Vietnam dan Cina. Konflik terjadi ketika Cina melakukan operasi pengeboran minyak di pantai Vietnam pada 2014 yang menimbulkan ketegangan di antara keduanya. Selain itu Cina juga mengokupasi Dangkalan Scarborough di Filipina.
Baca juga, Bahas Laut Cina Selatan, Cina Marah dengan Negara Maju.
Seperti diketahui, penjaga pantai Cina juga seringkali mengintimidasi para penjaga laut negara tetangga. Salah satunya Indonesia. Bahkan penjaga laut Cina pernah melindungi pencuri ikan dari Cina dengan melakukan cara-cara melanggar hukum internasional.