REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Mayoritas sekolah maupun madrasah di Indonesia berada di wilayah beresiko bencana. Padahal, di sekolah terdapat kegiatan belajar mengajar yang melibatkan banyak siswa dan guru.
‘’Dari data yang ada, sekitar 75 persen gedung sekolah berada di lokasi rawan bencana,’’ ungkap Analis Mitigasi Direktorat Pengurangan Resiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Aminudin Hamzah di sela-sela sosialisasi sekolah dan madrasah aman dari bencana, Rabu (7/9).
Kegiatan sosialisasi tersebut digelar di Hotel Augusta, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Tingkat kerawanannya, terang Aminudin, mulai dari sedang hingga tinggi. Potensi ini, lanjut dia, harus diantisipasi pemerintah dan elemen terkait lainnya. Upaya ini untuk bisa memberikan perlindungan kepada siswa dan guru di sekolah.
Khusus di Sukabumi, ungkap Aminudin, potensi yang paling besar yakni gempa bumi dan tsunami. Pasalnya, di Sukabumi terdapat patahan Cimandiri yang berpotensi menyebabkan gempa bumi. Sementara itu bencana tsunami mengancam karena sebagian wilayah Sukabumi berbatasan dengan lautan.
Terlebih, pada peristiwa gempa Tasikmalaya 2006 lalu wilayah selatan Sukabumi sempat dilanda tsunami. Aminudin mengungkapkan, potensi bencana ini juga mengancam bangunan sekolah dan permukiman warga. Terutama bila bencana tersebut terjadi pada siang hari ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
‘’Dampak yang terjadi misalnya warga sekolah menjadi korban,’’ kata Aminudin. Selain itu merusak sarana dan prasarana, menganggu akses ke sekolah, kegiatan belajar terganggu, menurunkan semangat siswa, mengakibatkan putus sekolah, dan berpotensis menyebabkan dokumen sekolah hilang.