REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mencatat pada semester I 2016 telah terjadi peningkatan nilai investasi asuransi syariah sebesar 25,19 persen dan kontribusi bruto tumbuh sebesar 16,04 persen.
Sampai akhir Juli 2016, tren positif tetap dicatatkan dengan besaran aset mencapai Rp 31,77 triliun dan kontribusi sebesar Rp 6,85 triliun.
Ketua Umum AASI Taufik Marjuniadi mengatakan, angka-angka statistik yang membaik di semester I 2016 menjadi kerangka acuan dalam pengembangan industri asuransi syariah ke arah yang lebih baik lagi. Kebijakan pemerintah untuk memberikan peluang bagi asuransi syriah dalam mengembangkan ruang lingkup usahanya menjadi optimisme untuk meraup ceruk pasar yang baru.
"Kebijakan pemerintah terkait dengan repratiasi aset dan tax amnesty membuka peluang tersendiri bagi asuransi syariah. Bukan hal yang mustahil, dana tersebut bisa digunakan untuk mendorong permodalan asuransi syariah agar mempunyai tingkat permodalan yang mumpuni," ujar Taufik di Jakarta, Kamis (8/9).
Faktor lain yang mendorong optimisme yakni semakin banyaknya aksi korporasi perusahaan reasuransi yang mengubah unit syariahnya menjadi perusahaan reasuransi yang beroperasi secara penuh. Taufik optimistis dalam kurun waktu lima tahun ke depan akan semakin banyak perusahaan asuransi syariah yang berdiri secara penuh.
Dengan kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini, AASI optimistis bahwa pertumbuhan asuransi syariah pada semester II 2016 akan mencapai angka 20 persen. Harapannya ke depan perusahaan reasuransi syariah Indonesia bisa tampil di tingkat regional maupun global.
"Saat ini market base sudah memadai, keberadaan regulasi dan fatwa juga mendukung, serta tingkat kemampuan keahlian asuransi syariah terus berkembang," kata Taufik.