REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun meminta imigran pencari suaka dan pengungsi segera dipulangkan ke negara asal, termasuk yang terkait masalah prostitusi dengan menjadi gigolo di Kota Batam.
"Mereka agar dipulangkan cepat-cepat," kata Nurdin Basirun di Batam, Kepri, Kamis.
Imigrasi Kelas I Batam menahan 10 imigran asal Timur Tengah yang diduga terlibat dalam kasus prostitusi di kota itu.
Gubernur menyesali adanya imigran yang berbuat negatif di tengah masyarakat. Ia juga meminta seluruh instansi terkait segera bergerak untuk mengatasi masalah imigran agar tidak merusak tatanan sosial di masyarakat. "Saya minta semua instansi dan masyarakat mencegah bersama-sama," kata dia.
Wali Kota Batam Muhammad Rudi menyatakan, kehadiran imigran di tengah masyarakat sudah meresahkan. Pemkot Batam menyurati Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan untuk meminta petunjuk cara penanganan imigran. "Kami meminta petunjuk, apakah dikembalikan ke daerah sebelum mereka sampai di Batam atau bagaimana," kata dia.
Di Batam, setidaknya ada tiga lokasi berkumpulnya para imigran, yaitu di Rumah Detensi milik Ditjen Imigrasi, Hotel Kolekta yang dibiayai oleh IOM dan Taman Aspirasi yang terletak di tengah kota.
Di Hotel Kolekta, imigran hidup bebas. Mereka dapat ke luar dan masuk penginapan sesuka hati. Tidak ada pengawasan yang ketat mengatur pergerakan imigran. Di hotel, imigran nampak hidup berkecukupan. Beberapa di antaranya terlihat menggunakan telepon selular canggih.
Sedangkan di Taman Aspirasi yang terletak di antara Gedung Kejaksaan Negeri dengan Gedung DPRD, dekat dengan Kantor Pengadilan Negeri dan berhadapan dengan Kantor Imigrasi, para imigran hidup di dalam tenda.
Ada tenda kemah, ada juga tenda terbuat dari terpal yang hanya membentang antara satu pohon dengan pohon lain.
Kalau hujan turun, pencari suaka terpaksa berlari ke gedung-gedung sekitar, meski tidak masuk, hanya berdiri di luar.
Baca juga, Imigran Cina tak Boleh Sembarangan Bekerja di Indonesia.