Kamis 08 Sep 2016 19:54 WIB

Thailand-Malaysia Berencana Bangun Dinding Perbatasan

Polisi Malaysia saat menggali kuburan massal yang ditemukan di kamp di perbatasan Malaysia-Thailand, Selasa (26/5).
Foto: EPA
Polisi Malaysia saat menggali kuburan massal yang ditemukan di kamp di perbatasan Malaysia-Thailand, Selasa (26/5).

REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Thailand dan Malaysia akan membicarakan rencana membangun tembok di sepanjang perbatasan kedua negara itu, kata pejabat Thailand, Kamis (8/9), sehari sebelum Perdana Menteri Malaysia Najib Razak bertemu dengan timpalannya di Bangkok.

Perdagangan manusia serta penyelundupan narkotika dan senjata adalah kejahatan lintas negara, yang marak di perbatasan Thailand-Malaysia sepanjang 640 Km, hingga Thailand menggelar penumpasan pada 2015 dan mengganggu jalur penyelundupan di kawasan tersebut.

Najib akan bertemu dengan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha dalam kunjungan resmi, yang akan berpusat pada kerja sama keamanan dan permodalan. Pembangunan tembok tersebut ada dalam agenda pertemuan itu, kata pejabat Kementerian Luar Negeri Thailand.

"Hal tersebut akan menjadi agenda selama kunjungan Najib, namun tidak akan menjadi isu terbesar dalam agenda," kata juru bicara Kemenlu Chinawut Setawat kepada Reuters dalam pertemuan regional di ibu kota Laos, Vientiane.

"Masih dalam fase nota kesepahaman," kata Kolonel Yutthanam Petchmuang, juru bicara Komando Operasi Keamanan Dalam Negeri Thailand.

Kemenlu Malaysia tidak menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar.

Kunjungan Najib dilakukan menyusul tiga serangan bom mematikan di Thailand selatan dalam sebulan terakhir, termasuk gelombang pengeboman di kota wisata pada Agustus yang oleh polisi Thailand dikaitkan dengan pemberontak yang beroperasi di wilayah selatan negara tersebut.

Perbatasan Thailand-Malaysia juga menjadi lokasi penyelundupan senjata, narkoba dan minyak ilegal. Setelah merebut kekuasaan pada kudeta Mei 2014, junta Thailand menjanjikan kebijakan toleransi nol bagi perdagangan manusia dan melancarkan operasi penumpasan praktik buruk dan kejahatan di seluruh negeri.

Pada Januari 2004, pemberontakan oleh etnis Melayu muncul di Thailand, setelah selama beberapa dasawarsa semakin memanas. Sejak itu, 6.500 orang tewas, kata Deep South Watch, badan yang memantau kekerasan di kawasan itu.

Tiga provinsi paling selatan Thailand yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat pernah menjadi bagian dari kesultanan Melayu Muslim yang merdeka sampai mereka dicaplok Thailand pada 1909. Direktur Deep South Watch Srisompop Jitpiromsri mengatakan dua isu khususnya memicu keinginan Malaysia dan Thailand untuk membangun tembok perbatasan.

"Isu pertama adalah menghentikan arus barang ilegal, apakah itu bensin, narkoba atau perdagangan manusia. Alasan kedua adalah pemberontak yang beroperasi di Thailand secara rutin menyeberang perbatasan dan menggunakan Malaysia sebagai markas aman," katanya kepada Reuters.

Namun, belum jelas sejauh mana tembok itu akan menurunkan tindak kejahatan. "Masih ada banyak masalah logistik untuk diatasi sebelum membangun tembok. Ini adalah kawasan sangat panjang," kata Srisompop.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement