REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Satu-satunya tersangka serangan Paris yang masih hidup Salah Abdeslam (26 tahun) menolak berbicara kepada hakim untuk ketiga kalinya, Kamis (8/9)
Pengacara Abdeslam, Frank Berton mengatakan hakim berkali-kali mengulangi pertanyaan, namun tidak ditanggapi kliennya. Berton mengatakan Abdeslam tidak diwajibkan menjelaskan mengapa dia diam seribu bahasa.
Otoritas berharap Abdeslam bisa memberi infomasi mengenai kelompok radikal ISIS dan mengidentifikasi siapa lagi yang terlibat dalma serangan Paris pada 13 November lalu.
Jaringan yang sama yang menyerang Paris beraksi kembali di kampung halaman Abdeslam di Brussels pada Maret, beberapa hari setelah dia dicokok di tempat persembunyiaannya.
Pengacaranya dari Brussels juga hadir dalam persidangan Kamis. Abdeslam juga tetap diam dalam sidang Mei lalu, dan menolak menghadiri sidang pada Juli.
Berton berpendapat, kamera video yang beroperasi 24 jam di sel Abdeslam di penjara Fleury-Merogis bisa menyebabkan kerusakan psikologis. Otoritas pengadilan Prancis menolak permintaannya melepas kamera tersebut.
Pengadilan mengatakan kamera pengawas itu diperlukan untuk memastikan Abdeslam tidak berupaya bunuh diri.
Abdeslam awalnya mengatakan dia ingin menjelaskan bagaimana di diradikalisasi dan bagaimana perannya dalam serangan di gedung konser Bataclan, kafe dan stadion nasional. Pelaku lainnya tewas dalam bom bunuh diri atau ditembak polisi.
Peran tepatnya Abdeslam hingga kini belum jelas. Jaksa Prancis mengatakan di dibekali peralatan bom bunuh diri, namun tidak jadi dan kabur. Dia berhasil bersembunyi dari polisi selama empat bulan di Brussels pada Maret lalu. Dia kemudian diekstradisi ke Prancis dan dikenai sejumlah tuduhan terorisme.
Abdeslam adalah buronan paling dicari di Eropa hingga penangkapannya di Brussels pada 18 Maret setelah perburuan selama empat bulan. Peristiwa penembakan dan bom bunuh diri di Paris pada 13 November menewaskan 130 orang.