Jumat 09 Sep 2016 15:56 WIB

AS dan Rusia Kembali Bertemu Bahas Suriah

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Foto milik kelompok antipemerintah Suriah, Aleppo Media Center (AMC) ini menunjukkan warga Suriah yang melihat kerusakan gedung akibat serangan udara di Aleppo, Suriah pada 26 Juli 2016.
Foto: Aleppo Media Center via AP
Foto milik kelompok antipemerintah Suriah, Aleppo Media Center (AMC) ini menunjukkan warga Suriah yang melihat kerusakan gedung akibat serangan udara di Aleppo, Suriah pada 26 Juli 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry mengadakan perundingan terbaru dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengenai konflik Suriah di Jenewa, Jumat (9/9).  Keduanya membicarakan kemungkinan adanya kesepakatan gencatan senjata untuk mengendalikan pertempuran di Suriah.

Sebelumnya AS memperingatkan Rusia, kedua pihak tidak bisa melakukan hal seperti ini terus menerus. Masing-masing negara harus menghasilkan kesepakatan segera, agar dapat mengakhiri konflik panjang yang terjadi lima tahun di Suriah.

Salah seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS mengatakan ada kemajuan dari perundingan yang dilakukan dengan Rusia dalam beberapa pekan terakhir. Namun, kendala yang membuat kesepakatan tidak tercapai masih terasa sangat rumit.

"Kami tidak dapat menajmin pembicaraan saat ini sudah dekat dengan akhir karena masalah yang tersisa masih sangat teknis dan rumit," ujar pejabat senior itu, Jumat (9/9).

Baca juga, Lima Tewas dan 12 Terluka dalam Pertempuran di Perbatasan.

Ia menjelaskan, ada beberapa wilayah di Suriah yang dikuasai oleh pasukan pemerintah negara itu dan oposisi. AS dan Rusia berada dalam sisi perlawanan untuk konflik tersebut. AS mendukung oposisi, sementara Rusia di pihak pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al Assad tersebut.

"Kami tidak berpikir untuk terus kembali ke Jenewa dan melakukan pembahasan ini. Namun, berharap pembicaraan kali ini benar menghasilkan kesepakatan gencatan senjata," jelas pejabat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement