REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan pemimpin redaksi Republika, Nasihin Masha menyatakan sangat berduka atas meninggalnya Ketua Penasihat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Tarman Azzam. Nasihin menuturkan sebagai seorang wartawan senior Tarman sosok yang selalu membina wartawan-wartawan muda.
Beliau, kata Nasihin, juga rajin berkeliling dan mengembangkan pers serta demokrasi. "Kita sangat kehilangan apalagi beliau sangat produktif, masih sangat dibutuhkan di dunia pers," katanya, Jumat (9/9).
Nasihin menambahkan Tarman juga sosok yang energik, hangat terhadap siapa pun dan mau membina anak muda. Saat ini, menurut Nasihin, pers penuh dengan tantangan. Ketika media cetak dalam masa sulit dan media daring belum banyak peningkatan, sedangkan kebebasan pers yang sedang menghadapi cobaan karena berada di masyarakat transisi. Sosok Tarman sebagai penasehat masih sangat diperlukan.
Pria kelahiran 15 April 1967 ini menjelaskan ketika munculnya media sosial yang membuat masyarakat semakin peduli dengan media massa. Dan semakin kritis terhadap media massa, tokoh-tokoh seperti Tarman dibutuhkan untuk memberi saran kepada pers saat ini.
"Tapi dunia pers tidak boleh berhenti dan tetap maju, Insya Allah pengabdian, pemikiran dan nasehat-nasehat beliau akan tetap dikenang, mengenang yang baik-baik dari beliau," katanya.
Alumnus Prodi Sosiologi Universitas Soedirman Purwokerto mengenang ketika Tarman menjadi Ketua PWI dizaman reformasi. Di kala dunia pers mengalami euforia setelah bebas dari pengekangan, masyarakat memiliki kesadaran mengkritik pers yang kebablasan. "Di situ beliau mampu mengemban tugasnya dengan baik," katanya.
Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi juga turut mengucapkan berduka cita dan kehilangan atas meninggalnya Ketua Umum PWI dua periode 1998-2008 tersebut.
"Kita kehilangan salah satu tokoh wartawan saat menjalankan tugas menyiapkan hari pers. Semoga husnul khatimah dan diberi tempat yang mulia di sisi Allah," kata Irfan.