REPUBLIKA.CO.ID,SALVADOR -- Kepala Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perempuan (UN Women) mengatakan kelompok bersenjata dan garis keras di seluruh dunia kian menggerus hak perempuan dan mengancam kesetaraan gender, yang dicapai dalam beberapa tahun belakangan.
Kelompok garis keras seperti, Boko Haram di Nigeria hingga ISIS di Suriah dan Irak kerap menyasar perempuan dalam upayanya melanggar hak asasi manusia. "Masalah terkait kelompok garis keras cukup berat karena mereka kelompok paling kejam terhadap perempuan," ujar Phumzile Mlambo-Ngcuka, Kepala UN Women, badan pembela PBB untuk perempuan.
"Fundamentalisme adalah beban utama bagi perempuan. keyakinan semacam itu merenggut rasa aman bagi kaum hawa daripada hal lain," katanya.
Menurutnya, kelompok garis keras meningkatkan serangannya di seluruh dunia, yang sebagian besar warganya berpegang teguh pada kesetaraan gender dan hak asasi manusia. "Ruang untuk gerakan dan nilai demokrasi umumnya kian menyusut, alhasil, ruang untuk kesetaraan gender juga berkurang," kata Mlambo-Ngcuka.
Ia mencontohkan anak dan perempuan kaum Yazidi di Irak Utara banyak yang diserang ISIS. Kelompok itu kerap menyasar perempuan, memperkosa, bahkan menjadikan para kaum hawa jadi budak seks. Kasus lain ikut menimpa anak perempuan dan wanita korban Boko Haram. Kelompok garis keras itu telah memberontak di wilayah timur laut Nigeria, menewaskan 15 ribu orang serta mengusir lebih dari dua juta penduduk dari rumahnya.
Dalam serangan terbesarnya pada April 2014, Boko Haram menculik 276 anak perempuan dari sekolah menengah di Chibok, wilayah timur laut, negara bagian Borno. Sekitar 50 anak perempuan berhasil melarikan diri, tetapi 219 lainnya masih ditawan.
Pegiat kemanusiaan mengatakan, kelompok garis keras di seluruh dunia merupakan ancaman besar bagi perempuan. Ini karena, mereka mendukung pernikahan dini dan mutilasi organ kelamin anak perempuan. Kedua hal itu yang terus diperangi para pegiat kemanusiaan dalam beberapa tahun terakhir. "Kekerasan semacam itu merupakan tantangan bagi perempuan di seluruh dunia. Kekerasan yang menimpa laki-laki cukup berbeda, tetapi dampaknya pada perempuan pun sama," kata Mlambo-Ngcuka.