REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Manajemen PSM mengaku terkejut sekaligus menyayangkan sikap Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang enggan memberikan rekomendasi terhadap Kongres PSSI untuk dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan pada 17 Oktober 2016.
Media Officer PSM Ramli Manong mengatakan, Menpora Imam Nahrawi memutuskan hanya memberikan rekomendasi apabila kongres yang bertujuan memilih ketua umum, wakil ketua, dan anggota Executive Committe (Exco) PSSI digelar di Yogyakarta.
"Keputusan tersebut sangat memgejutkan, bukan hanya insan sepak bola Makassar khususnya PSM namun juga masyarakat dan pemerhati sepak bola Indonesia," katanya di Makassar, Ahad (11/9).
Keterkejutan itu, kata dia, juga dikarenakan karena Makassar yang telah ditunjuk sebagai tuan rumah oleh PSSI sebagai tempat pelaksanaan Kongres PSSI, dibatalkan oleh Kemenpora dengan alasan karena Yogyakarta memiliki sejarah lahirnya PSSI.
Sebaliknya, PSM sebagai salah satu klub tertua di Indonesia yang sudah berusia 101 tahun tersebut seakan tidak dianggap dan disepelekan.
Menurut Ramli, keputusan Menpora ini sungguh cobaan baru bagi sepak bola Indonesia yang telah mulai kembali bangkit dari keterpurukan setelah disanksi FIFA.
"Apakah Makassar tidak punya nilai sejarah di persepakbolaan nasional. Saya kira sebelum PSSI lahir, Makassar telah melahirkan klub sepak bola tertua di Indonesia yakni PSM Makassar (101 tahun), apakah ini bukan fakta sejarah?" kata dia.
Dalam kesempatan itu pula, pihaknya tetap menghargai dan memberikan apresiasi tinggi terhadap pemerintah khususnya dalam industri sepak bola Indonesia yang telah membangun berbagai sarana dan prasarana olahraga termasuk stadion di sejumlah daerah.
Namun begitu, lanjut dia, hal itu jangan dijadikan sebagai alasan untuk mengatur dan memaksakan lokasi atau tempat kongres.
"Jika hanya memberikan masukan maka itu penting dan memang tugas pemerintah. Itupun yang membuat kita begitu terkejut atas keputusan itu," ujarnya.