REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Wagub Jatim Saifullah Yusuf menyerahkan hewan kurban dari Presiden RI Joko Widodo kepada ketua Takmir Masjid seusai melaksanakan Salat Idul Adha 1437 H di Masjid Al Akbar Surabaya, Senin (12/9). Hewan kurban dari Presiden Jokowi ini berupa sapi berwarna putih dengan total berat mencapai 1,1 ton.
Hewan kurban titipan Presiden Jokowi ini akan disembelih di Masjid Al Akbar Surabaya. Sapi Presiden Jokowi ini berjenis PO atau Peranaan Ongole yang berasal dari Panceng Kabupaten Gresik. Sapi ini dibeli dengan harga sekitar Rp 70 juta.
Sementara itu, hewan kurban dari Gubernur Jatim berjenis Sapi Limosin dengan berat 1.050 kg berasal dari Kabupaten Bojonegoro. Sedangkan, hewan kurban dari Wagub Jatim berjenis simental dengan berat 850 kg juga berasal dari Bojonegoro. Sapi-sapi ini telah dikirim ke Masjid Al Akbar sehari sebelum pelaksanaan Salat Idul Adha.
Dalam kesempatan itu, Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim, menyatakan momentun Idul Adha 1437 Hijriah ini dimaknai sebagai sesuatu tindakan yang patut disyukuri. Hubungan dengan Allah (habbluminallah) dan Hubungan dengan Manusia (habbluminannas) harus seimbang.
Menurutnya, hablumninallah dan habbluminannas harus memiliki sudut 90 derajat. Artinya, hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia kepada sang pencipta atau Allah SWT harus berbanding lurus dan seimbang.
“Ini artinya hubungan ke atas dan ke samping harus sebanding. Sebagai umat yang beriman dan bertaqwa jika lurus ke atas juga tidak baik. Akan tetapi menyeimbangkan hubungan lurus ke atas dan menyamping menjadi suatu hal yang penting,” jelasnya.
Habbluminannas atau hubungan manusia, diartikan Pakde Karwo sebagai hubungan yang saling membutuhkan. Hal tersebut diaplikasikan dan ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang berkurban pada Hari Raya Idul Adha. Terlebih, ia menilai suasana masyarakat berbangsa dan bernegara saat ini sangat kondusif. Kondisi seperti ini memberi dampak pada meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap sesama dan lingkungan.
“Yang menarik dari Hari Raya Idul Adha 1437 H, adalah suasana yang semakin semarak, di mana masyarakatnya semakin peduli dalam memaknai Idul Kurban dan peduli terhadap lingkungan,” ujarnya.
Pakde Karwo menjelaskan, ketika masyarakat memiliki rasa peduli terhadap sesama dan lingkungan yang meningkat akan membawa efek atau dampak positif dalam beribadah kepada sang pencipta atau habluminallah. Ia juga mengakui, banyaknya masyarakat yang melaksanakan kurban menunjukkan, kesejahteraan masyarakat Jatim meningkat.
Meskipun kondisi bangsa saat ini sedang mengalami krisis, orang yang berkurban tetap banyak. "Hal ini menunjukkan kemampuan membeli masyarakat baik atau Purchasing Power telah tumbuh secara positif," ungkapnya.