Selasa 13 Sep 2016 13:27 WIB

Industri Pupuk Nasional Terancam

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Pabrik pupuk, ilustrasi
Pabrik pupuk, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Industri pupuk dalam negeri mulai mengalami tekanan baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan tingginya biaya produksi pupuk.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat mengatakan, ‎penyebab utama dari tingginya biaya produksi pupuk di Indonesia disebabkan persoalan harga gas yang juga cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan harga gas di luar negeri, harga gas dalam negeri cukup jauh. Hal tersebut jelas akan berdampak pada harga pupuk produksi dalam negeri yang tidak mampu bersaing‎.

"Harga gas khususnya untuk pabrik pupuk ini agak cukup tinggi," kata Aas usai melakukan pertemuan dengan Menteri Perindustrian di kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (13/9).

‎Aas menuturkan, harga gas yang dijual ke perusahan pupuk rata-rata berada di angka 6-7 dolar AS per million metric British thermal unit (mmbtu). Harga ini disebut masih lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain yang memiliki pabrik pupuk dengan harga gas yang dibeli sekitar 1-3 dolar AS per mmbtu. Sedangkan keperluan PT Pupuk Indonesia saat ini mencapai 796 juta kaki kubik per hari(mmfcsd) ‎ untuk 16 pabrik Urea dan NPK.

Aas menjelaskan, gas selain menjadi energi dalam menjalankan mesin, juga digunakan sebagai bahan baku utama dalam produksi pupuk urea. Untuk membuat pupuk urea porsi gas mencapai 70 persen. Kedua hal ini memperlihatkan bahwa  kebutuhan perusahaan pupuk akan gas sangatlah tinggi.

"Kalau harga turun ini bisa sangat bersaing. Sekarang biaya kita sekitar 250 dolar AS per ton. Kalau harga gas diturunkan ini bisa turun sampai 45 dolar AS per ton," ungkas Aas.

‎Menurut Aas, untuk saat ini Indonesia masih kesulitan dalam hal ekspor pupuk karena harga jual pupuk internasional sedang rendah. Sedangkan harga pupuk olahan dalam negeri masih tinggi.

Untuk pupuk yang diekspor dari Cina, misalnya, harga pupuk per ton masih berada di angka 195-200 dolar AS. Namun untuk harga gas di dalam negeri bisa di atas 200 dolar AS per ton.

Selain permasalah ekspor yang mulai tersendat karena harga jual yang terlampau tinggi, produsen dalam negeri juga akan mulai kesulitan ketika sejumlah negara tetangga memproduksi pupuk untuk di ekspor, sebab harga gas di negara lain masih lebih rendah. Ketika pupuk mereka masuk ke Indonesia, bisa jadi pupuk dalam negeri juga kesulitan bersaing dalam hal harga. Dan salah satu negara yang akan memulai ekspansi untuk mengekspor pupuk tahun depan adalah Malaysia.

"Belum (akan ‎jatuh industri pupuk). Tapi kalau harga gas masih seperti ini terus, bisa jadi," kata dia.

Saat ini Pupuk Indonesia mampu memproduksi pupuk mencapai 12 juta ton pupuk. 10 juta ton dijual pergunakan di dalam negeri, sedangkan dua ton sisanya diekspor. Pupuk Indonesia baru akan mengekspor produknya ke ngara lain ketika kebutuhan pupuk dalam negeri telah terpenuhi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement