REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Amanat Nasional (PAN) resmi mendukung mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli untuk maju sebagai calon gubernur dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017 mendatang.
Terkait rencana PAN itu, ketua DPD Golkar DKI Jakarta, Fayakhun Andriadi mempertanyakan jumlah kursi yang dimiliki oleh PAN, sehingga berani mendeklarsikan jagoannya pada Pilgub DKI Jakarta 2017. PAN sendiri hanya memiliki dua kursi di DPRD DKI Jakarta, sehingga membutuhkan 20 kursi lagi untuk bisa memenuhi syarat pencalonan Pilgub DKI Jakarta 2017.
Menurut Fayakhun, untuk bisa mengajukan calon gubernur DKI Jakarta minimal harus memiliki 22 kursi. Maka dengan persyaratan tersebut PAN harus berkoalisi dengan partai lain untuk dapat memenuhui kuota 22 kursi. Fayakhun tidak mengetahui bagaimana PAN memperoleh 20 kursi lagi untuk bisa mendaftarkan Rizal Ramli.
Sementara hanya Partai Perjuangan Demokraksi (PDIP) saja yang mampu mengusung calon gubernur DKI Jakarta sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lainnya. Saat ini PDIP mempunyai 28 kursi, sayangnya partai berlambang Banteng moncong putih itu belum menentukan sikap terkait Pilgub DKI Jakarta 2017.
"Seingat saya PAN hanya memiliki 2 kursi saja, jadi mereka harus bekerja keras untuk mencari 20 kursi lagi. Saya melihat yang pasti-pasti saja, kalau hasil dari koalisi sudah mencapi 20 kursi lebih, baru diusung. Prediksi saya akan ada tiga kandidat pasangan yang bakal bertarung di Pilgub DKI Jakarta nanti. Golkar tetap dukung Ahok maju lagi," kata Fayakhun kepada awak media, di Komplek Parlemen, Selasa (13/9).
Golkar sendiri hanya memiliki 9 kursi di DPRD DKI Jakarta, mereka juga masih membutuhkan banyak kursi, setidaknya 13 kursi lagi. Namun Fayakhun mengaku optimistis PDIP bakal berkoalisi dan mendukung Ahok untuk kembali maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada 2017 mendatang.
Hanya saja dia enggan menjelaskan alasan yang membuat dirinya yakin PDIP bakal merapat untuk mengusung Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok. Menurutnya keyakinan itu muncul begitu saja dan hanya perasaan semata.
Kemudian terkait beberapa politikus partai berlambang Banteng Moncong Putih yang menolak Ahok untuk kembali maju pada Pilgub 2017 merupakan hal biasa. Disebutnya perbedaan pendapat meski satu gerbong merupakan dinamika politik.