REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf mengatakan, koalisi kekeluargaan mempunyai ambisi yang besar untuk mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Sayangnya, ambisi tersebut tidak disertai strategi yang memadai.
"Koalisi kekeluargaan bisa kalah sendiri karena tidak punya strategi dan tidak bisa menyusun strategi bersama untuk bisa memperkuat kubunya sendiri," kata Maswadi kepada Republika, Selasa (13/9).
Koalisi kekeluargaan menjadi tidak kompak karena Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), sebagai pemilik kursi terbanyak tak kunjung menentukan sikap. Hingga saat ini, PDIP tak kunjung mengumumkan siapa calon yang akan diusungnya di Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Karena itu (koalisis kekeluargaan) kan sumbernya PDIP. Kuncinya ada di PDIP. Kalau saja dari awal partai-partai itu rajin berkomunikasi untuk menentukan calon," ucap Maswadi.
Seperti diketahui, Koalisi Kekeluargaan merupakan koalisi partai-partai di tingkat DPD Jakarta. Ada tujuh partai yang tergabung dalam koalisi itu. Ketujuh partai tersebut adalah PDI-Perjuangan, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Namun, perpecahan mulai tercium di koalisi tersebut. Salah satunya adalah Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional (PAN) DKI Jakarta yang menyatakan dukungannya kepada Rizal Ramli untuk ikut bertarung dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017.