Rabu 14 Sep 2016 11:26 WIB

Presiden Peru Tolak Proposal Kereta Api dari Cina

Kereta api berkecepatan tinggi Cina
Foto: snapsengine.com
Kereta api berkecepatan tinggi Cina

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Presiden Peru Pedro Pablo Kuczynski mengatakan bahwa proposal jalur kereta api lintas benua, yang diajukan Cina untuk memangkas biaya angkutan barang Brasil ke Asia, terlalu mahal dan bangunannya membahayakan lingkungan.

Peru dan Cina menyepakati kaji kelayakan jalur kereta ai sepanjang 5.300 kilometer, yang akan menghubungkan pesisir Atlantik Brasil dengan pelabuhan Peru di Pasifik tahun lalu pada masa pemerintahan pendahulu Kuczynski, Presiden Ollanta Humala.

Ahli lingkungan mengatakan bahwa kegiatan itu akan melintasi Amazon dan Andes sehingga dikhawatirkan merusak kawasan hutan hujan dan mengganggu penduduk asli di wilayah tersebut.

Kucznynski, yang baru menduduki jabatannya pada Juli, dalam wawancara dengan lembaga penyiaran RPP dari Beijing mengatakan bahwa dia cemas terhadap rencana kereta api dengan Cina itu, ketika mengunjungi pusat pembangkit energi Asia.

"Saya mengatakan kepada mereka dengan tidak bertentangan bahwa kereta lintas-amazon itu sangat mahal dan dapat memberi akibat terhadap lingkungan, yang harus ditangani dengan hati-hati," kata Kunzcynski tanpa memberi perincian lebih lanjut, seperti dilansir Reuters, Rabu (14/9).

Kunzcynski mengatakan bahwa perusahaan kereta api Cina yang tidak disebut namanya, tertarik untuk membangun kereta komuter di pesisir tengah Peru yang sudah disetujuinya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan infrastruktur.

Presiden Peru berusia 77 yang mantan bankir Wall Street, melakukan kunjungan ke Cina pada akhir pekan untuk lawatan lima hari guna menjaring pemodal untuk kilang minyak, pelabuhan dan kereta api dalam upaya memperluas akses untuk pasar makanan.

Kunzcynski mengatakan kepada RPP bahwa perusahaan Aluminium Corp China tertarik untuk membangun pabrik peleburan logam di Peru dan perusahaan besi serta industri baja Cina juga berminat membangun pabrik pelat baja. Ia mengatakan bahwa Peru sebagai negara ketiga terbesar penghasil tembaga dan negara keenam dunia sebagai penghasil emas dapat lebih memeras keuntungan dari eskpor tambangnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement