REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog mengimpor 1.500 benih bawang merah dari Filipina dan Vietnam guna menekan harga benih di kalangan petani. Namun, benih impor tersebut dinilai tidak disukai petani di daerah Cirebon, Jawa Barat. Sebaliknya, benih impor justru disukai petani di Lombok Timur.
Direktur Perbenihan Hortikultura, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan) Sri Wijayanti Yusuf mengatakan, benih impor yang ditanam petani di Cirebon dan Brebes merupakan benih impor asal Vietnam. Petani di Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan petani yang gemar memakai benih impor dan terbiasa menggunakan benih impor Filipina. Benih impor asal Filipina biasa digunakan untuk pertanian musim kemarau.
"Mungkin tidak suka bukan karena kualitasnya, mungkin karena tidak biasa menanam itu saja. Lebih pada itu, preferensi," kata Wijayanti yang akrab disapa Yanti kepada Republika.co.id, Rabu (14/9).
Namun, sebaliknya benih impor asal Vietnam justru sangat digemari petani bawang di Lombok Timur. Yanti yang tengah memonitor benih asal impor di Lombok Timur mengatakan, pertumbuhan benih asal Vietnam cukup bagus. "Mereka suka," kata dia.
Menurut Yanti, benih asal Vietnam tahan terhadap musim panas dan tetap bagus pada saat musim hujan. Hal senada diakui Abdurrahman, petani di Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur. "Iya memang itu yang disenangi," katanya mengacu pada benih asal Vietnam. Benih impor tersebut didapat dengan harga Rp 37 ribu per kilogram, jauh lebih mahal dari harga yang ditetapkan.
Namun ia mengatakan, harga tersebut diakibatkan adanya ongkos untuk sampai Lombok. "Di pulau Jawa saya terima Rp 30 ribu, tambah ongkos nyampenya Rp 37 ribu," katanya.