REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Perum Bulog telah mendatangkan bibit bawang merah. Bibit ini didatangkan bertahap dari beberapa bulan yang lalu. Bahkan Bulog juga telah menjual bibit tersebut untuk ditanam langsung oleh petani.
Namun minimnya bibit bawang impor membuat sejumlah petani mengeluh. Salah satunya adalah Kuslani, petani bawang di Desa Larangan, Kabupaten Brebes. Kuslani mengatakan, petani di daerahnya tidak mendapatkan bibit tersebut dan masih menggunakan bibit lokal.
"Ga ada di petani kita. Mungkin di Brebes daerah lain ada. Saya kurang tahu juga. Enggak ada sosialisasi pembagian bibit impor soalnya," kata Kuslani, Rabu (14/9).
Dia mengatakan, sejauh ini petani di daerahnya masih menggunakan bibit lokal yang harganya cukup tinggi di kisaran Rp 40-55 ribu. Hal ini sangat mencekik petani yang kekurangan modal karena bibit adalah modal utama dalam bertani bawang.
Menurut dia, kalau memang bibit impor yang didatangkan pemerintah bisa lebih murah dan hasilnya tidak jauh berbeda dengan bibit lokal, pemerintah harusnya bisa menjualnya kepada seluruh petani bawang. Jika tidak, maka nantinya harga bawang akan bervariasi.
Yang ditakutkan, dengan variasi tersebut, maka bawang dari petani yang tidak mendapatkan bibit bisa melambung, dan kalah bersaing dengan petani yang mendapatkan bibit impor.
"Kalau bisa kita juga dapat bibit ini," katanya.
Sebelumnya, Bulog mengklaim telah mendatangkan 1.1750 ton bibit bawang merah impor. Bibit ini dibagikan ke sejumlah petani bawang. Dengan harga beli Rp 28 ribu, Bulog berharap harga bawang ketika panen bisa lebih rendah, dibandingkan ketika panen dengan bibit lokal.