REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pelaku serangkaian serangan bom di wilayah selatan Thailand tidak terkait dengan gerakan separatis Muslim. Pernyataan itu dikeluarkan Kementerian Pertahanan Thailand, Kamis (15/9).
Hal tersebut jauh berbeda dengan apa yang dinyatakan sebelumnya oleh pihak kepolisian Thailand. Serangkaian serangan vom di kota-kota wisata di negara itu pada Agustus lalu dikatakan berkaitan dengan separatis di tiga provinsi selatan yaitu Yala, Narathiwat, dan Pattani. Dua tersangka yang telah ditangkap juga berasal dari salah satu wilayah tersebut.
"Meskipun tersangka yang ditangkap berasal dari provinsi-provinsi di wilayah selatan Thailand, namun bukan berarti ini berhubungan dengan gerakan separatis di sana," ujar wakil Perdana Menteri dan menteri Pertahanan Thailand Prawit Wongsuwan, Kamis (15/9)
Selama bertahun-tahun, tak pernah ada serangan kekerasan di kota-kota wisata yang terletak di dekat wilayah perbatasan dengan Malaysia itu. beberapa pengamat mengatakan Pemerintah Thailand enggan menyalahkan gerakan separatis karena khawatir dapat merusak minat pariwisata di negara yang mayoritas Budha tersebut.
Pihak kepolisian Thailand sebelumnya juga telah sepakat bekerja sama dengan Malaysia untuk mempertimbangkan pembangunan tembok di wilayah perbatasan dua negara. Hal ini untuk mencegah kejahatan transnasional, serta penyelundupan manusia yang rentan terjadi.
Gerakan separatis Muslim di wilayah selatan Thailand telah terjadi sejak 2004 lalu. Lebih dari 6.500 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil. Namun, kekerasan di tiga provinsi selatan telah mengalami penurunan hingga 60 persen sejak militer kembali berkuasa.
Baca juga, Bom Meledak di Thailand, Satu Tewas dan 10 Terluka.