REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perancang Masjid Koln, Paul Bohn, berharap masjid senilai 20 miliar euro ini bukan hanya mampu memperindah kota dengan arsitekturnya, tapi juga dapat berperan sosial bagi lingkungan sekitar. Hal ini terkait dengan tingginya penolakan pendirian Masjid Köln ketika awal usulan pendiriannya.
Beberapa kelompok konservatif Jerman di wilayah Cologne menentang keras pendirian masjid ini karena dianggap menjadi pemicu munculnya aliran keagamaan yang dapat menyebabkan terjadinya konflik. (Baca: Masjid Raya Koln, Pusat Kebudayaan Islam di Nordrhein-Westfalen)
"Masjid ini dirancang dengan maksud menjadi sebuah forum dialog keterbukaan komunitas Muslim di Koln dengan tanpa mengurangi kekhidmatan beribadah," ujar Bohm, "Kami benar-benar berharap bahwa desain kami dapat membantu untuk mengurangi kecemasan dan resistensi yang besar, dari kelompok non-Muslim di wilayah Koln."
(Baca Juga: Masjid Raya Koln, Tonggak Sejarah Arsitektur Religius di Jerman)
Arsitektur Masjid Raya Koln merupakan bagian penting dalam mengintegrasikan Islam di Jerman. Masjid ini dinilai telah keluar dari gambaran umum masyarakat Eropa terhadap sebuah arsitektur masjid secara umum di negara Muslim, dengan menampilkan arsitektur masjid yang lebih diterima dalam model tata kota modern Eropa.
Arsitek yang merancang Masjid Raya Koln Paul Böhm menilai, bangunan-bangunan masjid baru dengan desain yang modern dan berbeda dari desain masjid secara umum, secara tidak langsung telah mendokumentasikan niat umat Islam menjadi bagian permanen dari masyarakat Jerman.
Ini terjadi setelah perdebatan panjang, seputar pembangunan Masjid Central Cologne. Menurut dia, perdebatan awal, masyarakat Kota Cologne sejak awal tidak ingin ada bangunan keagamaan yang merusak ikon katedral Kota Cologne yang bergaya gothik Eropa. Namun, kata diam sejak awal pemilik dan konstruktor dari Pesartuan Islam Turki, Diyanet Isleri Türk-Islam Birligi (DITIB), memilih desain masjid berbeda, yang ternyata mampu melepaskan pandangan masyarakat Jerman terhadap bangunan masjid secara umum.
DITIB sebagai sebuah organisasi nonprofit dari komite pengawas Pemerintah Turki untuk urusan agama, menghargai keharmonisan masyarakat Cologne. Dan DITIB memilih seorang arsitek non-Muslim, Paul Bohm. Walaupun dalam tahap usulan pembangunan terjadi pembahasan panjang di Dewan Kota Koln dan penuh kontroversi, namun akhirnya desain modern Masjid Raya Cologne disetujui dan menggantikan bangunan pabrik yang sebelumnya berdiri di wilayah tersebut.
Pada 28 Agustus 2008, Dewan Kota akhirnya menerima perubahan dan yang diperlukan untuk rencana konstruksi dengan suara dari partai kiri pendukung Wali Kota Koln Fritz Schramma, sehingga membuka jalan bagi konstruksi Masjid baru. Pada 2011 Masjid Raya Cologne akhirnya dibuka dan digunakan untuk pertama kalinya bagi komunitas Muslim di kota ini, setelah melewati perdebatan panjang selama hampir empat tahun.