Kamis 15 Sep 2016 16:04 WIB

3 Skenario Arah Politik PDIP di Pilgub DKI Versi Sandiaga Uno

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bilal Ramadhan
Bakal Calon Gubernur Provinsi DKI Jakarta Sandiaga Uno berpose saat bersilaturahmi di Kantor Republika, Jakarta, Kamis (15/9).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Bakal Calon Gubernur Provinsi DKI Jakarta Sandiaga Uno berpose saat bersilaturahmi di Kantor Republika, Jakarta, Kamis (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, ‎JAKARTA -- Bakal calon gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno berharap suara partai politik non-pendukung Ahok, khususnya partai-partai Islam, mau menyatukan suaranya mendukung satu pasangan calon (paslon) saja. Pecah atau tidaknya suara tersebut tergantung pada para pimpinan partai.

Delapan hari menuju pendaftaran paslon di Pilgub DKI, Sandi akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk meraih dukungan parpol yang belum menentukan calonnya. Sandi cukup optimistis pimpinan partai akan sangat terbuka, menginginkan proses bersahabat, dan mau menyingkirkan perbedaan.

"Yang terpenting jangan pernah lelah dan lengah untuk menghadapi dinamika sekarang ini," kata Sandi saat berkunjung ke kantor Republika, Kamis (15/9).

Dia menyebut dalam lima hari ke depan, nama paslon yang diusung akan mengerucut. Sandi pun terus melakukan pembicaraan dengan para pimpinan parpol.

Saat ini parpol pemenang Pemilu 2014, PDIP, belum juga menentukan arah dukungannya. Namun Sandi telah menyiapkan tiga skenario terhadap apapun keputusan PDIP. Pertama, apabila PDIP mendukung calon pejawat yakni Ahok.

Maka artinya, partai pendukung Ahok bertambah menjadi empat setelah sebelumnya ada Nasdem, Hanura, dan Golkar. Untuk menghadapi kondisi ini, Sandi akan bergerilya meraih dukungan pada parpol lain, yakni Demokrat, PAN, PPP. Hingga kini, telah ada tiga parpol pendukung Sandi yakni Gerindra, PKS, dan PKB.

Kedua, apabila PDIP tidak mendukung Ahok. Jika demikian, maka Sandi akan melobi PDIP agar mau bergabung. "Saya butuh gerilya habis-habisan. Di sini, pertama kalinya nasionalis dan religius akan bersatu," ujarnya.

Skenario ketiga, apabila PDIP mencalonkan paslon mereka sendiri di luar Ahok. Untuk menghadapi situasi ini, Sandi rela mundur sebagai kandidat cagub DKI dan meminta kesediaan parpol pengusunungnya untuk mendukung PDIP.

Langkah ini ditempuh agar paslon yang diusung PDIP mampu mengalahkan pejawat. Bagi Sandi, sepekan ke depan adalah waktu krusial untuk merapatkan barisan dan menangkap aspirasi warga DKI yang mengharapkan kehadiran pemimpin baru.

(Tonton juga videonya: Demi Persatuan Umat Sandiaga Uno Ikhlas tak Jadi Gubernur)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement