REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Amil Zakat Nasional Bank Syariah Mandiri (Laznas-BSM) mampu mengumpulan dana zakat setidaknya Rp 3,5 miliar tiap bulan. Dibandingkan perusahaan lain yang mengeluarkan SK guna memotong gaji karyawan agar membayar zakat, BSM tak melakukan itu.
Direktur Utama Laznas-BSM Rizqi Okto Priansyah menjelaskan rahasia di balik pengumpulan zakat tersebut. Pertama, Laznas-BSM mengumpulkan dana tak hanya dari karyawan BSM, melainkan juga dari nasabah dan perusahaan yang bekerja sama dengan BSM. Kedua, pengumpulan zakat Laznas-BSM memanfaatkan teknologi yang ada di anjungan tunai mandiri (ATM).
"Kami di setiap ATM BSM ada infaq sebesar Rp 1.000. Jadi, setelah nasabah bertransaksi itu ada ajakan berinfaq. Itu strategi kita juga. Itu cuma kita yang miliki, lembaga bank lain tidak punya. Itu dilakukan di semua jaringan seluruh Indonesia," katanya kepada Republika, Kamis (15/9).
Selain itu, guna menjabat kepercayaan pemberi zakat, Laznas-BSM menyelenggarakan audit perusahaan setahun sekali. Ditambah lagi, Laznas-BSM juga menerbitkan majalan dua bulan sekali.
"Ada majalah juga dua bulanan. Nanti pemberi zakat bisa nerima itu isinya cantumkan laporan program dan keuangan," ujarnya.
Mengenai program Laznas-BSM, dia membaginya menjadi tiga, yaitu didik umat, simpati umat dan mitra umat. Didik umat, kata dia, fokus pada pengembangan pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi seperti pemberian beasiswa.
"Simpati umat lebih ke arah charity dan bakti sosial, kemanusian. Yang mitra umat lebih ekonomi seperti pemberdayaan dan permodalan. Kita punya kelompok-kelompok usaha dikasih modal usaha nanti ada yang monitor bisnis dari masing-masing anggota," ujarnya.