Jumat 16 Sep 2016 13:47 WIB

Waspadai Kelompok Radikal Kecil di Indonesia

Rep: MgRol81/ Red: Teguh Firmansyah
Noor Huda Ismail
Foto: dokpri
Noor Huda Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme Noor Huda Ismail menilai setelah kematian pemimpin jaringan ISIS Indonesia, Santoso, kemungkinan akan ada regenerasi dan kelompok teroris baru di Indonesia.

Menurutnya, bukan kelompok besar yang perlu diwaspadai, tapi kelompok-kelompok kecil yang turut mendukung aksi  pemberontak pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi tersebut.

“Bom J. W. Marriot aja cuma (diledakan oleh) tujuh orang. Permasalahannya adalah seberapa banyak kelompok-kelompok kecil yang berdedikasi,” ujar Huda kepada Republika.co.id saat diwawancarai usai diskusi dan pemutaran film Jilbab Selfie, kerja sama alumni International Visitor Leadership Program  (IVLP) dan Jurusan HI Universitas Binus, Kamis (15/9).

“Sekarang pecah menjadi (kelompok) kecil-kecil dan tersebar. Mereka juga berlomba-lomba untuk tampil dan eksis. Akibatnya banyak ancaman dan kekerasan di pelosok negeri ini.”

Tapi Huda meyakini kemampuan para teroris akan menurun. Pasalnya, mereka tidak mendapat pelatihan yang benar, serta direkrut secara cepat tanpa melihat kualitas.

Baca juga, Santoso Bukan Syuhada, Tapi Teroris.

Huda mencontohkan peristiwa tahun 1980-an ketika 350 orang Indonesia dikirim ke Afghanistan untuk dilatih oleh CIA. Menurutnya, pelatihan serius membuat pejuang lebih terampil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement