REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) mengaku telah meluncurkan serangan udara di wilayah timur Suriah, Sabtu (17/9). Dalam serangan tersebut, pihaknya mengatakan sedikitnya 62 tentara pemerintah negara itu tewas.
Dilansir BBC, pasukan pemerintah Suriah tengah melakukan perlawanan terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Saat mengetahui adanya pasukan pemerintah yang dipimpin Presiden Bashar Al Assad itu, AS mengklaim telah mencoba menghentikan serangan.
Peristiwa ini kemudian menyebabkan ketegangan antara AS dan Rusia sebagi anggota Dewan Keamanan PBB. Rusia disebut telah meminta adanya pertemuan darurat dewan.
Sebelumnya, Rusia pernah mengatakan, gencatan senjata di Suriah saat ini dikhawatirkan dapat segera runtuh karena tindakan sewenang-wenang AS. Seperti diketahui, dua negara dalam konflik tersebut berada dalam sisi berlawanan, di mana AS mendukung oposisi.
Sementara itu, AS mengatakan koalisi negaranya mencoba untuk menargetkan ISIS dalam serangan udara tersebut. Namun, pihaknya tidak tahu bahwa di wilayah target, terdapat anggota militer Suriah hingga ada pernyataan dari Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia menanggapi serangan udara yang terjadi kali ini oleh AS bukan disebabkan ketidaksengajaan. Namun, mereka meyakini hal itu karena AS menolak untuk mengkoordinasikan tindakan militer dengan Moskow.