REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Seorang mantan sandera oleh kelompok Abu Sayyaf asal Norwegia, Kjartan Sekkingstad mengisahkan penyanderaan yang dialaminya selama setahun di Filipina Selatan. Ia mengaku mendapat penyiksaan secara fisik dan psikologi oleh kelompok militan itu.
"Pada dasarnya, saya sudah diperlakukan seperti budak dari waktu ke waktu, membawa barang-barang mereka," kata Sekkingstad seperti dilansir the Star, Ahad (18/9).
Pria berusia 56 tahun itu diculik pada September 2015 dari salah satu resor wisata mewah di Filipina dan dibawa ke Jolo oleh Abu Sayyaf.
Saat itu, dua tamu resor asal Kanada juga ditangkap. Namun, sandera yang diketahui bernama John Ridsdel dan Robert Hall dipenggal karena tuntutan tebusan sekitar 300 juta Peso atau sekitar Rp 82 miliar tidak terpenuhi.
Sekkingstad mengisahkan, eksekusi sandera asal Kanada dilakukan pada April dan Juni. Ia mengenang, masing-masing sandera dibawa keluar dalam keadaan diborgol.
Baca juga, Kivlan Zein Disebut Berperan Lagi dalam Pembebasan WNI.
Dia juga menuturkan, pihaknya selamat dari sejumlah serangan militer yang dialamatkan pada Abu Sayyaf. Salah satu peluru yang menembus ranselnya, ia simpan sebagai kenang-kenangan.
Abu Sayyaf menyerahkan sandera asal Norwegia pada pemimpin Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), Nur Misuari.
Sekkingstad kemudian bertemu dengan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.