REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- The founding father Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) telah mendesain madrasah ini dengan sistem asrama layaknya pondok pesantren (Islamic Boarding School).
"Karenanya, yang dihasilkan madrasah unggul ini, tidak saja anak-anak bangsa yang cerdas intelektual tapi moral, karakter, dan unggul kapasitas religiusitasnya," kata Sekretaris Pendidikan Menengah Universal (PMU) MAN IC, Ruchman Basori, saat memberikan materi Peningkatan Mutu MAN IC Melalui Pembelajaran Berbasis Asrama dalam acara "Workshop Peningkatan Profesionalisme Guru MAN Insan Cendekia" di Kota Kendari, akhir pekan kemarin.
Workshop diselenggarakan selama tiga hari, 16-18 September 2016. Diikuti seluruh Guru dan Tenaga Kependidikan MAN Insan Cendekia Kota Kendari berjumlah 20 orang. MAN IC Kota Kendari merupakan satu diantara 17 MAN Insan Cendekia yang sudah eksis dididirikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI di 17 provinsi di Indonesia.
Dikatakan Ruchman, dalam membangun madrasah unggul seperti MAN IC ini, mengembangkan kapasitas SDM guru adalah yang utama. Pasalnya, guru sebagai perancang bangun kurikulum, pelaksana pembelajaran, penginspirasi dan motivator bagi peserta didik, amat penting dan harus selalu di-update pengetahuan dan keterampilannya.
Sebab, menurut Ruchman, salah satu ciri madrasah bermutu, di antaranya dengan ketersediaan guru yang baik dan metodologi pembelajaran yang tepat. Aspek lainnya adalah penciptaan suasana pembelajaran dan kultur akademik madrasah yang kondusif.
"Asrama tidak sekedar tempat tinggal siswa, tetapi merupakan laboratorium kehidupan. Tempat dimana para siswa mengenal orang lain dari berbagai daerah, karakter, budaya, dan adat istiadat," kata dia. Karenanya, antara pembina asrama harus bersinergi, berintegrasi dalam menyusun kurikulum keasramaan, melaksanakan kegiatan asrama dan pengelolaan asrama, agar terintegrasi dengan pembalajaran di madrasah.
Rucman mengatakan, Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Madrasah Ditjen Pendidikan Islam telah merancang kurikulum keasramaan MAN IC di seluruh Indonesia. Salah satunya, ditetapkannya kitab-kitab kuning standar yang harus dikaji dan diajarkan kepada para siswa/i MAN IC, yaitu Kitab Aqidatul Awam, Ta`lim al Muta`alim, Al Arbain Nawawi, dan Safinatun Najah.
Selain itu, agar mereka mempunyai kecakapan pergaulan global, diberikan minimal tiga bahasa yang harus dikuasainya, bahasa Arab, Inggris dan Indonesia. Tidak lupa nilai-nilai dan tradisi serta amaliyah yang berlaku di pondok pesantren di nusantara juga diajarkan seperti, sholawatan, tahlil, manaqib dan tradisi lainnya.
"Kita berharap wawasan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan anak-anak MAN IC dapat tertanam dengan baik. Islam harus mampu menjadi perekat dan merangkul semua paham, golongan dan idiologi dalam wadahnya Islam yang rahmatan lil alamin", lanjut Ruchman Basori.
Abdul Basit, Kepala MAN IC Kota Kendari mengatakan, kegiatan workshop ini untuk membekali para guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran, manajerial, dan sekaligus pendamping pendidikan di MAN IC. "Para Guru yang berasal dari latar belakang ini harus diberikan semangat, diwariskan nilai-nilai, agar dapat mewujudkan cita-cita Kementerian Agama menjadikan MAN IC sebagai madrasah berasrama", katanya.
Abdul Basit berharap, agar para guru dapat menggali ilmu pengetahuan dan pengalaman yang diberikan oleh para nara sumber agar nantinya dapat dipraktekan dalam mengelola Madrasah harapan masyarakat ini.
Dalam hal pembina asrama di MAN IC Kota Kendari sudah terdapat dua Pembina Asrama. Untuk Pembina Putra oleh Ramadlon alumni PP. Gontor Ponorogo sementara untuk pembina puteri Ustadzah Megawati dari Pondok Pesantren As`adiyah Wajo sengkang dengan membina tidak kurang 65 siswa.
Nara sumber lain dari Kementerian Agama adalah M Munir, Kasubbag TU Direktorat Pendidikan Madrasah yang juga PMU MAN Insan Cendekia. Disamping itu akademisi dari IAIN Kendari, Kepala MAN IC Kendari dan nara sumber lain yang ahli di bidangnya.