REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Setelah melepaskan empat sandera, Abu Sayyaf masih menyandera 18 orang. Dilansir dari kantor berita Anadolu Agency, Ahad (19/9), 18 orang tersebut terdiri dari satu warga Belanda, lima warga Malaysia, enam warga Indonesia dan sisanya penduduk lokal.
Kepala Komando Mindanao Barat Filipina, Letnan Jenderal Mayoralgo Dela Cruz mengatakan mereka masih dalam tahanan Abu Sayyaf. Ia menolak mengonfirmasi bagaimana para tahanan bisa disandera, termasuk tiga orang Malaysia yang dilaporkan diculik di Malaysia.
"Kami masih memantau apakah penculiknya Abu Sayyaf atau bukan, karena mereka diculik dari perairan Sabah," kata Dela Cruz dalam konferensi pers.
Dalam kesempatan tersebut hadir Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu. Ia mengucapkan terima kasih pada Filipina dan kelompok Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF).
"Kita tahu pasukan bersenjata Filipina mengerahkan sekitar 10 ribu pasukan dan kini ada 20 ribu di wilayah selatan untuk menghadapi kelompok teroris Abu Sayyaf," kata Ryamizard di kamp militer saat kunjungan ke kota selatan Zamboanga.
Baca: Berhasil Bebas, Sandera Norwegia: Saya Dijadikan Budak oleh Abu Sayyaf
Pada akhir pekan, Abu Sayyaf membebaskan empat sandera, satu asal Norwegia dan tiga dari Indonesia. Empat sandera dibebaskan melalui negosiasi yang difasilitasi MNLF. Ini merupakan kesepakatan proses damai kelompok dengan pemerintah Filipina.
Para sandera kemudian dipindahkan ke Davao City dari provinsi Sulu. Mereka ditemani Penasihat Perdamaian Kepresidenan Filipina, Jesus Dureza. Di Davao, Presiden Rodrigo Duterte akan bertemu dengan sandera Norwegia, Kjartan Sekkingstad.
Sementara tiga nelayan Indonesia dibawa ke Zamboanga City, tempat berkunjung Ryamizard. Ketiga nelayan menjalani pemeriksaan medis dan diberi pembekalan di kamp militer.
Para nelayan itu diculik dari Malaysia timur pada pertengahan Juli. Mereka hadir saat konferensi pers bersama Ryamizard dan Dela Cruz. Salah satu nelayan mengatakan telah lega bisa bebas. Ia juga berterima kasih pada Filipina.
Ryamizard menyangkal laporan pemerintah membayar 10 juta peso atau 209 ribu dolar AS sebagai tebusan. Ia menegaskan Indonesia tetap pada metode pembebasan tanpa bayar tebusan.
Istana kepresidenan Filipina juga menegaskan pemerintah menolak memberikan permintaan Abu Sayyaf. "Saya ingin menegaskan pemerintah tetap pada kebijakan tanpa tabusan, jika ada pihak ketiga atau keluarga yang memberikan, kami tidak tahu itu," kata Sekretaris Komunikasi Kepresidenan Martin Andanar pada radio lokal dzRB.