Senin 19 Sep 2016 15:25 WIB

Priangan Timur Waspada Banjir Musiman

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Banjir
Foto: Republika On Line/Mardiah diah
Ilustrasi Banjir

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Saat ini Priangan Timur, Jawa Barat dalam status waspada banjir musiman. Sejumlah wilayah di Priangan Timur telah terendam banjir pada akhir pekan lalu. Akibatnya ratusan rumah warga terendam banjir.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis, Diki Erwin Juliadi mengatakan, sejumlah daerah di tiga kecamatan terendam banjir pada Sabtu (17/9). Banjir di Kecamatan Pamarican akibat dari luapan Sungai Citalahab.

"Kemudian, banjir di Kecamatan Banjarsari dan Banjaranyar akibat luapan Sungai Ciputrahaji, Sungai Ciputrahaji dan Citalahab sama-sama sungai besar," kata Diki kepada Republika.co.id, Senin (19/9)

Akibat banjir tersebut, ratusan hektare sawah terendam banjir. Selain itu, ratusan rumah warga juga terendam air setinggi satu meter. Akan tetapi, banjir yang terjadi di tiga kecamatan tersebut dapat surut lagi setelah lima jam sehingga, warga pun tidak mengungsi.

"Memang ini banjir musiman, tapi ini yang terparah sepanjang tahun ini," ujarnya.

Ia menerangkan, banjir tersebut terjadi akibat pendangkalan di Sungai Ciputrahaji dan Citalahab. Untuk menanggulanginya, BPBD akan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) agar dilakukan pengerukan dasar sungai.

Menurutnya, setelah sungai dikeruk akan memperkecil kemungkinan banjir. Selain itu, ada juga tanggul sungai yang jebol. Pemkab Ciamis rencananya akan memperbaiki tanggul-tanggul tersebut di anggaran perubahan tahun ini. Sebab, cukup sering terjadi tanggul jebol.

"Tanggul-tanggulnya memang sudah tua, harus segera diperbaiki," kata Diki.

Di hari yang sama, empat kampung di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya terendam banjir. Akibatnya ratusan rumah dari 600 keluarga terendam banjir setinggi 50-150 cm.

Kepala Desa Tanjungsari, Munawar Kholil mengatakan, banjir yang terjadi pada Sabtu (17/9) telah surut keesokan harinya. Meski demikian, warga harus meninggalkan rumah mereka. Ada satu wilayah yang tanahnya lebih tinggi, warga biasa mengungsi di rumah tetangga dan saudaranya di sana.

"Penyebab banjirnya tetap sama, masih dari luapan Sungai Cikidang dan Citanduy," jelas Munawar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement