Senin 19 Sep 2016 16:15 WIB

Petani Pilih Simpan Gabah Meski Harga Tinggi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi
Foto: Antara
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Memasuki masa panen raya gadu (kemarau), harga gabah di tingkat petani, tinggi. Namun, para petani di Kabupaten Indramayu memilih tidak menjual seluruh gabah miliknya.

 

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu, harga gabah kering panen (GKP) rata-rata mencapai Rp 4.500-Rp 5.000 per kg, tergantung kualitasnya. Sedangkan harga gabah kering giling (GKG), mencapai sekitar Rp 5.500 per kg.

 

Harga gabah di tingkat petani itu lebih mahal dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP). Untuk HPP GKP, hanya sebesar Rp 3.700 per kg di tingkat petani. Sedangkan HPP untuk GKG sebesar Rp 4.600 per kg di penggilingan dan Rp 4.650 per kg di gudang Bulog.

 

‘’Alhamdulillah harga gabah sekarang lagi bagus. Tapi saya hanya menjual sebagian gabah saja, sebagian laginya saya simpan,’’ ujar seorang petani di Desa Bulak Lor, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Sadi, Senin (19/9).

 

Sadi mengatakan, sengaja menyimpan sebagian gabah miliknya untuk persiapan modal menghadapi musim tanam rendeng (penghujan) 2016/2017. Gabah itu baru akan dijualnya saat mendekati musim tanam rendeng. Dengan demikian, dia tidak akan mengalami kesulitan modal tanam.

 

Selain itu, saat musim tanam rendeng tiba, harga gabah di pasaran biasanya akan lebih tinggi lagi. Dengan demikian, para petani yang menjual gabahnya saat itu akan memperoleh keuntungan yang lebih besar.

 

Sadi mengakui, banyak petani di daerah lainnya yang melakukan tanam gadu II sebagai dampak dari musim kemarau basah tahun ini. Namun, para petani di desanya memilih untuk tidak tanam gadu II karena jauh dari sumber air sehingga rawan mengalami kekeringan. ‘’Karena di sini tidak tanam lagi, maka gabah yang ada sekarang juga sebagai persiapan untuk mengahdapi musim paceklik (saat tidak tanam),’’ tutur Sadi.

 

Hal senada diungkapkan seorang petani di Kecamatan Juntinyuat, Rasiman. Dia pun mengaku  sengaja menyimpan sebagian gabah hasil panen miliknya sebagai bekal untuk menghadapi musim rendeng.

 

Rasiman mengatakan, akan menjual sisa gabahnya secara perlahan sebagai persiapan memasuki masa tanam rendeng 2016/2017. Saat itu, dia pun yakin harga gabah akan lebih tinggi dari sekarang. ‘’Kalau yang saya jual sekarang hanya sedikit, sekedar untuk keperluan sehari-hari saja,’’ tutur Rasiman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement