Senin 19 Sep 2016 19:00 WIB

Denyut Islam di Macau

Macau
Foto: Dailymail
Macau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Macau dikenal sebagai surga bagi para penjudi. Sedari awal, Macau yang dahulunya dijajah Portugis memang ditetapkan sebagai lokasi khusus hiburan. Ketetapan itu masih berlanjut hingga Macau kembali menjadi wilayah Republik Rakyat Cina (RRC).

Serupa dengan yang terjadi di Las Vegas, ada denyut Islam di sana. Merujuk pada Islamic Society Macau, jumlah populasi Muslim mencapai 400 orang. Jumlah tersebut belum termasuk imigran.

Sejarah mencatat, Islam masuk atas jasa pedagang Muslim dari Arab dan Persia. Islam pun telah dikenal di Macau jauh sebelum kekaisaran Ming berkuasa.

Terlepas sejak kapan Islam dikenal, jumlah Muslimin di Macau terus berkembang. Menurut laman history cultural-china, selama Perang Dunia II banyak Muslim etnis Hui yang melarikan diri dan berlindung ke Macau. Mereka lari ke sana karena wilayah Cina porak poranda. Sebagian besar mereka berasal dari wilayah Zhaoqing Provinsi Guangdong.

Kehadiran Muslim makin terlihat pada 1980-an. Saat itu, dibangun sebuah masjid yang hingga kini masih berdiri dan menjadi satu-satunya masjid di Macau. Di sekitarnya pun dibuka pemakaman Muslim yang sebenarnya telah ada sejak pedagang Arab dan Persia singgah di Macau beberapa abad lalu. Kendati demikian, eksistensi Muslim baru benar-benar terlihat pada 2007. Saat itu, mereka membentuk perkumpulan bernama The Islamic Society Macau.

Selain itu, Muslimin Macau juga memodernisasi masjid di jantung Kota Macau. Anak-anak dengan nama Muslim pun bermunculan, seperti Omar, Fatima, dan lain sebagainya. Meski minoritas, Muslimin hidup nyaman dan tenteram di Macau.

Kawasan ini memang sangat multikultural. Beragam agama dan budaya hidup di sana. Bahkan, kebudayaan Macau disebut-sebut sebagai perpaduan dari tiga agama, yakni Taoisme, Kristen, dan Islam. Masyarakat Macau sangat menghormati pemeluk agama lain. Kebebasan beragama benar-benar terwujud di negeri tersebut.

Muslimin Macau biasa berkumpul di satu-satunya masjid yang mereka miliki. Kajian Islam sering kali dihelat di sana. Masjid akan sangat ramai saat shalat Jumat dan pada hari libur di akhir pekan. Saat hari raya, komunitas Muslim tumpah ruah di masjid tersebut. Uniknya, sebagai masyarakat etnis Cina yang non-Muslim pun ikut merayakannya.

Sumber: Pusat Data Republika/Berbagai Sumber

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement