REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Presiden Joko Widodo mengatakan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk menangani beberapa kasus gizi buruk di beberapa daerah.
"Jadi berdasarkan data masih banyak gizi buruk di beberapa daerah yang harus ditangani," kata Presiden saat membagikan PMT di Desa Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Senin.
Presiden mengatakan PMT diperlukan oleh ibu hamil, balita dan anak-anak sekolah. "Ini diperlukan karena sebagai investasi masa depan bangsa, investasi SDM ke depan," kata Presiden.
Dalam kunjungan ke Ponorogo, Presiden yang didamping Ibu Negara Iriana Jokowi, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Seskab Pramono Anung membagikan PMT kepada anak-anak sekolah dan ibu hamil di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong dan Desa/Kecamatan Jambon.
Saat di Desa Karangpatihan, Presiden berpesan biskuit yang dibagikan itu sebagai makanan tambahan saja dan harus tetap memperhatikan pola makanan yang bergizi.
"Anak-anak harus tetap sarapan tiap pagi, ini hanya tambahan saja," kata Jokowi.
Presiden juga mengingatkan kepada ibu hamil tetap memeriksakan kandungannya ke puskesmas dan balita dicek di posyandu.
"Tapi tetap ditimbang di posyandu, kalau beratnya sudah normal, sudah baik, cuma jangan gemuk banget. Saya ingin anak-anak kita sehat, nanti sekolah yang baik supaya pintar dan cerdas," pesan Presiden.
Menteri Kesehatan Nila Moelok mengunhkapkan indeks gizi anak di Jawa Timur lebih bagus dari angka nasional. Indeks gizi anak nasional 18 dan Jatim 17,2 sedangkan Indeks anak kurus nasional sebesar 12 dan Jatim 11,5. Sedangkan perbandingan berat dan tinggi badan nasional angkanya 29 dan Jatim 27. Sementara angka untuk Kabupaten Ponorogo lebih baik lagi dari provinsi Jatim.
"Ponorogo, harus angkat topi karena aaya salut dimana statusnya lebih baik lagi dari Jatim," katanya.
Menkes menyebut angka gizi balita jauh diangka 12,3 dibanding provinsi 17,2. Angka anak kurus juga 7,8 sedikit mendekati angka yang disarankan WHO yaitu angka 5. Perbandingan berat dan tinggi badan jauh lebih baik di 19,2 dibawah WHO diangka 20.
"Tapi angka anak gemuk bertambah dibanding angka nasional. Ini angka harus diperhatikan," pesan Menkes.